Chapitre Cinquante Sept - 57

1.3K 127 19
                                    

Berkuda tanpa henti selama hampir setengah hari membuat bokong Sonya keram.

Bahkan ia tidak dapat merasakan punggung belakangnya ketika dengan susah payah ia turun dari kuda hanya untuk beristirahat makan siang di sebuah kedai pinggir jalan raja.

Padahal dulu, seingatnya, saat perjalanan ke Nimes, ia bisa berkuda hampir seharian. Namun, sepertinya luka anak panah membuat kemampuan tubuhnya menurun. Jadi, ketika matahari telah mencapai puncak, ia memutuskan untuk berhenti.

"Sepertinya jalan barat raja telah ditutup, m'lady," ucap Jack saat itu, kala mereka mengikat kuda pada istal kecil samping kedai.

Istal itu agaknya penuh karena beberapa pengunjung yang beralih arah setelah beberapa jalan raja ditutup karena medan perang yang kian maju.

"Hm," balas Sonya seraya mengangguk. "Sepertinya kita harus memutar lagi," desahnya. Mengingat kalau ia harus melewati jalan utara terlebih dahulu untuk ke arah barat, artinya semakin jauh dan panjang jarak tempuh menuju Kastil Barat. "Aku akan bertanya pada pemilik kedai jika ada jalan alternatif lain," lanjutnya seraya berjalan memasuki kedai.

Hal pertama yang dapat Sonya pikirkan setelah memasuki kedai adalah betapa luasnya kedai itu. Padahal jika dilihat dari luar, bangunan ini bahkan seperti bangunan kecil yang tidak terurus, tetapi setelah memasukinya, ada sekitar sepuluh meja bundar, dengan delapan meja disisi ruangan yang saling berhadapan.

"Kau pesan makanan, dan aku akan menemui pemilik kedai ini," ucap kembali Sonya ketika ia melihat seorang wanita berpakaian lebih baik dibandingkan yang lainnya berdiri di belakang meja pemesanan.

Setelah itu mereka berpisah dan melaksanakan tugasnya masing-masing. Sonya memilih duduk di meja sisi kanan agak tengah sembari membuka jubah yang menutup gaun pastel miliknya.

Ia mengetahui trik untuk berbincang dengan pemilik kedai yaitu dengan menjadi bangsawan. Dan sungguh, tidak butuh lama, seorang wanita dengan gaun sewarna cerah menghampirinya dengan senyum khas.

"Selamat pagi, Nona," ucap wanita itu, "Apakah ada yang bisa saya bantu?" tawarnya.

"Apakah Anda pemilik kedai ini?" tanya Sonya pada intinya. "Ada beberapa hal yang saya butuhkan dari Anda," ucapnya kembali seraya mengeluarkan tiga keping koin emas dari saku gaunnya.

Satu lagi pelajaran dari Igritte yang ia terapkan, yaitu membeli informasi. Dimasa perang saat ini, tidak ada hal yang gratis. Peperangan menimbulkan tingginya pajak, dan Sonya memahami itu.

Wanita itu tersenyum paham dan segera duduk berhadapan dengan Sonya. Mengambil kepingan emas itu dengan sedikit mencondongkan wajahnya.

"Apakah Anda ingin melewati perbatasan, Nona?" tanya si Wanita itu. Makeup tebal dengan pemerah bibir memenuhi pandangan.

Sonya mengangguk. "Paman dan bibi yang mengasuh saya berada disana, tetapi saya tidak bisa mengunjungi mereka," ucapnya berbohong dengan sedikit berakting sedih.

Dan nyatanya hal itu berhasil, kala Wanita itu berkata, "Tunggu disini sebentar, Nona." Wanita itu berdiri dan berjalan masuk menuju ruang lain yang tertutup. Tidak butuh waktu lama Wanita itu kembali keluar, lalu menyodorkan sebuah kepingan perak berbentuk persegi dengan cetakan bertuliskan Asosiasi Pemasok. "Benda ini berharga sepuluh keping emas, dan Anda akan bisa keluar masuk sesuka hati di perbatasan."

Sonya sejenak terdiam. Melihat benda yang kini berada di depannya dengan sedikit tertutup oleh kain kulit.

"Hanya bagi yang sangat membutuhkan, Nona," ucap Wanita itu kembali, setelah melihat gadis di depannya belum juga merespon. "Atau Anda bisa memutar ke selatan melewati Genoa. Pesisir pantai tidak terlalu dibatasi."

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang