Chapitre Treize - 13 Part 2

3.5K 407 10
                                    

Cahaya kekuningan di ujung pandang membuat ia menarik kekang pada kuda putih miliknya. Memberhentikan kuda itu sebelum ia turun dan menambatkannya pada sebuah pohon besar tidak jauh dari cahaya.

"Kupikir kalian akan menunggu di pelabuhan," ucapnya pada sekumpulan 5 orang pria berbalut tunik berserat dengan lambang kerajaan yang terbungkus baju baja mengkilap.

Salah satu dari para prajurit itu menghentikan kegiatan memanggang daging rusa yang mereka buru ketika sebuah semak tersibak dan memunculkan seorang lelaki bersurai perak. Sedangkan yang lain telah bersiap dengan kuda-kuda serta pedang tajam yang terhunus.

"Cobain tidak mau meninggalkanmu sendiri," kata seorang pria bersurai gelap. Pedang bajanya berkilat ketika cahaya bulan memantul saat pedang disarungkan kembali, kemudian duduk di sebelah si pemanggang daging, dan kembali membalur daging dengan rempah-rempah yang mereka kumpulkan seadanya dari Hutan Barat. "Katanya terlalu beresiko."

Pria lainnya tertawa. "Tidakkah merasa kasihan padanya, my lord?" Surainya yang bergelombang bergoyang ketika seringai itu tercetak di bibirnya yang penuh. "Sepertinya ia sungguh mencintaimu," lanjutnya yang membuat sebagian dari mereka tertawa.

Namun berbeda dengan seorang lelaki lebih kecil yang sendari tadi menjadi pusat perbincangan, ia lebih memilih menatap lidah api yang menggeliat, seakan ia dapat melihat seluruh dunia dari balik api itu.

"Lihatlah, si pendek akan membuat nubuat," ucap pria bersurai gelap dengan derai tawa yang memenuhi Hutan Barat malam itu.

@@@

"Bukankah itu sangat berlebihan?"

Kala itu langit begitu cerah dengan warna kebiruan bercampur sinar mentari yang menerobos masuk melalui jendela yang tergantung ketika Liliana mendelik dan menghentikan permainan harpa miliknya sewaktu Louis datang menodongnya dengan pertanyaan yang seharusnya membuat ia sangat marah saat itu karena telah mengintrupsi kegiatannya.

"Sudah sepantasnya ia mendapatkan itu," jawabnya tidak acuh seraya melanjutkan kembali kegiatannya memetik harpa. "Dan aku tidak merasa itu sangat berlebihan."

"Dia adalah seorang putri dari pemimpin kerajaan ini, jika kau lupa," balasnya dengan raut frustasi. "Jika ia menuntutmu, kita mungkin akan menjadi tawanan di Sicilia."

Saat itu ia sedang mengikuti pertandingan untuk memeriahkan festival yang selalu ia ikuti tiap tahunnya ketika mendengar keributan di belakang arena dan mendapati Liliana yang telah menampar Sonya di depan matanya serta seluruh prajurit yang menunggu kala itu.

Di saat-saat kerajaannya dalam keadaan sangat buruk seperti saat ini, seharusnya ia berserta keluarga kerajaan menjalin relasi baik dengan keluarga kerajaan Volais yang memimpin negeri ini, dan bukan melakukan kesalahan fatal seperti yang adik perempuannya itu lakukan.

"Aku tidak perduli," seraya memejamkan mata menikmati alunan melodi yang tercipta dari petikan harpa yang ia mainkan. "Aku hanya membutuhkan perhatian Francis, dan bukan wanita itu."

"Kau tahu jika Raja Henry menegur apa yang telah kau perbuat kepada putrinya? Putri satu-satunya yang ia miliki?" kata Louis dengan menekankan kata satu-satunya agar Liliana tahu bahwa ia menghadapi kekacauan setelah ini. "Kalau kau ingin berbuat seenaknya seperti itu, pulanglah ke Sicilia dan buat dirimu tidur dengan si perampas itu. Jangan buat kerajaan kita menghilang karena kelakuan bodohmu, Li."

Alunan melodi lembut yang sendari tadi memenuhi ruang rekreasi hingga serambi luar tiba-tiba saja berhenti. Mata yang sebelumnya terpejam menikmati alunan, kini terbuka dengan kilatan amarah.

Lalu ketika perempuan itu berbalik untuk berputar dan mendapati Louis yang juga menyorotkan kemarahan kepadanya, ia berkata, "Jika kau pikir aku adalah jalang yang bisa tidur dengan siapapun, maka kau adalah laki-laki brengsek yang memanfaatkan wanita demi keuntunganmu."

Louis yang mendengar penuturan adiknya itu hanya bisa mendengus. "Kau selalu pintar memutar perkataan lawan bicaramu," ucapnya seraya duduk di sebuah kursi kecil yang menghadap harpa besar yang sebelumnya perempuan itu mainkan. "Bahkan kau bisa mengungkit masalah itu."

"Bagaimana aku bisa lupa jika aku menjadi bayang-bayang akibat kesalahan fatalmu. Perlu kau ketahui, aku akan meninggalkan bayang-bayang itu."

"Tinggalkan obsesimu, atau kau akan menghancurkan kerajaan kecil kita." ucap Louis.

Ia tidak mengerti pemikiran unik adiknya untuk berusaha menikahi Francis dan menjadikan lelaki itu menjadi miliknya. Obsesinya terhadap lelaki itu membuat Liliana kehilangan rasionalitas, dan itu jelas masalah antar dua kerajaan.

"Elisabeth adalah wanita lemah. Ia tidak akan menuntut apapun selama Francis yang meminta."

"Begitukah? Aku tidak melihat seperti itu." Selama ini yang ia lihat adalah Francis yang selalu menjaga Elisabeth, atau ia yang terlalu berperasaan seperti itu?

"Aku pastikan perkataanku benar," ucap Liliana sangat yakin. Ia bahkan tahu di setiap percintaannya dengan Francis, lelaki itu sangat membenci Elisabeth dan selalu menggumamkan betapa ia lebih baik dibanding dengan perempuan itu.

Louis mendesah dengan pemikiran adik perempuannya. Tidakkah sedikit saja wanita ini mengerti keadaan?

"Terserah dirimu," ucapnya seraya berdiri dan berjalan menuju pintu besar sebelum berkata, "Aku sendiri yang akan membuat dirimu menjadi jalang si perampas itu jika kau menghancurkan kerajaan kita," dan menghilang di balik pintu itu meninggalkan seluruh kemarahan yang menggumpal dalam diri Liliana.

à suivre ....

(to be continued ....)

27 Juli 2018

============================================================================

Hai kawan!

Mohon maaf part kali ini sedikit, karena memang part ini hanya sambungan part sebelumnya yang seharusnya aku jadiin satu bagian... Jadi itu juga kenapa aku publish hari ini yg tidak sesuai jadwal. Chapter selanjutnya aku usahakan ready hari minggu..

Selamat membaca.

Ciao!

-- Myeshaline --

PS: Mohon maaf atas typo, eyd dll. Saran dan kritik selalu aku terima.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang