Chapitre Trente-Six - 36

2.5K 309 7
                                    

"Bercintalah denganku malam ini."

Perkataan itu membuat Sonya melepaskan pelukan Francis dan mendorong pria itu menjauh.

"Kau bercanda," ucap Sonya seraya menatap pria itu. Ia tahu bahwa Francis hanya menggodanya ketika suara tawa terdengar.

"Kau harus melihat wajahmu saat aku mengatakan itu," kata Francis masih dengan tawanya.

Sejak beberapa hari ini, terkadang Francis menggodanya, bahkan dengan beberapa kalimat vulgar. Jika itu perempuan lain, sudah dipastikan akan jatuh dalam pesona pria itu. Seperti Elisabeth asli. Namun, tidak dengan Sonya. Berterimakasihlah pada Robert yang membuatnya tidak mudah luluh hanya dengan sebuah kalimat. Ia butuh aksi.

Sonya memutar bola mata, lalu berjalan menjauh menuju tempat tidur berkanopi milik Francis dan membaringkan tubuhnya di sana.

Setelah beberapa hari ia tinggal di kamar itu, reaksi tubuh Elisabeth terhadap perlakuan Francis sudah tidak membuatnya frustasi. Justru ia menikmatinya walau terkadang membuatnya jengkel dengan perlakuan berlebihan Francis.

Reaksi umum tubuh Elisabeth adalah wajahnya memanas dengan rona merah tersipu. Terkadang, itu membuat Francis lebih giat menggodanya dan memicu debaran jantung lebih cepat dari biasanya.

Seperti saat ketika Francis mengikutinya berbaring dengan lengan pria itu melingkari pinggangnya. Menarik tubuhnya mendekat.

Rasa hangat menjalar di tiap sudut punggung Sonya. Membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ditambah dengan sebuah kecupan pada garis leher menuju pundaknya. Seperti aliran statis yang membuat kepalanya pening.

Jika saja Francis tidak memiliki wajah Robert, bisa dipastikan saat itu juga Sonya menerjang pria itu dengan ganas dan panas.

Sial! runtuknya dalam hati.

Sonya mendorong sedikit tubuh Francis menggunakan sikunya, ketika kecupan itu semakin turun menuju punggung belakangnya. "Aku sangat mengantuk."

Francis terkekeh. "Aku serius dengan ucapanku," ujarnya seraya melanjutkan kegiatannya. "Aku ingin bercinta denganmu." Lalu membalik tubuh gadis itu. Memposisikan gadis itu di bawahnya. "Merasakan tubuhmu." Tangannya bergerak menarik tali kamisol gadis itu. Melepaskannya perlahan.

Tidak ada respon dari gadis itu, hingga tali terakhir terbuka, iris sewarna biru terang itu berkilat dan mendorong Francis sebaliknya. Kini, gadis itu duduk di atas tubuh Francis dengan kamisol terbuka. Menampilkan sebagian kulit putihnya.

Perlahan ia bergerak dengan sensual. Menurunkan sedikit demi sedikit kamisol tipisnya. Ia terus bergerak seraya mendekati wajah pria itu.

Mungkin Sonya berpikir untuk memainkan roleplay jika saja jantungnya tidak tiba-tiba berdebar sangat cepat dan membuat kepalanya semakin berat. Lalu ia turun dari tubuh pria itu dan berbaring di samping. Sedikit meringkuk dan memunggungi Francis.

"Apa kau mau berhe–" perkataan Francis terpotong tatkala lengannya menyentuh tubuh gadis itu. "Kenapa tiba-tiba tubuhmu sangat panas?" tanyanya kembali ketika hanya suara rintihan yang Francis dengar, sebelum tubuh gadis itu terkulai lemas dan tak sadarkan diri.


@@@


Langkah kaki gadis itu cepat.

Menyusuri lorong bercahaya obor di setiap sisi dinding. Memantulkan siluet tubuhnya yang bergerak tergesa. Mengabaikan rasa sakit pada telapak kakinya.

Hembusan napas gadis itu kasar dengan bulir keringat di pelipis.

Gaun sewarna biru pastel miliknya menyapu lantai. Membuat bagian bawah gaun itu kotor. Namun, baik tubuh serta gaunnya, tidak membuat Elisabeth memperlambat langkahnya.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang