Chapitre Quatre - 4

6.6K 656 10
                                    

Anda harus membatalkan rencana pernikahan itu.

Kalimat Igritte saat itu masih terus berputar dikepalanya, membuatnya terjaga hingga larut, ditambah dengan dirinya yang mengingat kembali kejadian malam itu.

Ia tidak tahu pukul berapa saat ini. Jelas disini tidak ada jam seperti di kamarnya. Jam hanya berada di ruang bawah, jam besar dengan bunyi dentang yang sangat keras.

Setelah pembicaraannya dengan Francis diruang makan dan disusul oleh Igritte, Sonya langsung memilih kembali ke kamar Elisabeth yang ia tempati. Belum sempat ia memikirkan cara kembali ke tubuh aslinya, kini ia dihadapkan dengan permintaan Elisabeth yang sangat tidak mungkin baginya untuk dilakukan.

Pernikahan adalah hal yang serius, dan membatalkannya adalah masalah yang sangat serius.

Elisabeth saja tidak berani, kenapa dia harus? pikirnya.

Ia lalu turun dari ranjang besar kamar dan berjalan menuju balkon. Balkon yang berada di samping ranjang dan menghadap pada sebuah danau yang tidak terlalu luas. Ada sebuah gazebo kecil -membentuk sebuah pulau dengan jembatan kecil yang memuat hanya satu orang- di tengah danau itu. Cahaya bulan yang memantul dari air danau memperlihatkan warna gazebo yang dominan putih, dengan sulur-sulur tanaman merambat dengan bunga berwarna-warni.

Sepertinya itu di bangun khusus, gumamnya dalam hati.

Setelah waktu yang cukup lama melihat keluar balkon, Sonya memutar tubuhnya, mengambil sebuah jubah panjang yang tadi diberikan Igritte dan melilit tubuhnya dengan jubah hingga tetutup seluruh baju tidurnya.

Ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Sebuah lorong gelap menyambutnya. Lalu dengan langkah pasti, ia mengambil sebuah lilin dan kemudian berjalan menyusuri lorong gelap itu. Ia tidak tahu arah mana yang harus ia lewati, namun ia merasa kakinya menuntunnya menuju sebuah tempat. Ia hanya mempercayai insting dan kakinya yang bergerak kian menjauh dari kamar Elisabeth.

Angin bersemilir ketika ia melewati sebuah jendela besar menghadap sebuah taman. Ia berjalan lebih jauh lagi, memutar melewati taman dan sampai di sebuah danau kecil yang tadi ia lihat melalui balkon kamarnya. Danau itu jauh lebih jernih jika dilihat dari dekat. Pantulan rembulan malam begitu terang juga menyilaukan dari sisi ia berdiri.

Sonya berputar pandang sebentar hanya untuk menemukan sebuah jembatan kecil menuju gazebo, di ujung dekat sebuah batu besar.

Ia berputar dan berjalan menuju jembatan itu. Jembatan yang ia perkirakan hanya muat untuk satu orang ternyata jauh lebih besar. Setidaknya dapat memuat dua orang sejajar.

Jembatan itu terdiri dari sebuah tembok kokoh dengan jalinan kayu dan sulur-sulur tanaman disisi pegangannya, membuat jembatan kecil itu tidak kalah cantik dengan gazebo didepannya. Sonya terus memperhatikan tiap detail ukiran yang berada disisi jembatan. Ukiran unik yang terpatri cantik menciptakan sebuah gambar taman dan bunga dengan kesan timbul.

Itu mahakarya yang luar biasa di jaman seperti ini, pikirnya.

Ia terus menyusuri ukiran itu hingga terputus disebuah lekukan dalam, dan terjalin baru membentuk sebuah ukiran lain didalam dinding gazebo.

Gazebo itu memiliki enam pilar yang masing-masing membentuk sebuah segienam, dengan dinding yang tingginya hanya mencapai bagian perut Sonya, atau perut Elisabeth.

Sebuah atap meruncing ke atas membentuk sebuah kerucut dengan jalinan sulur-sulur tanaman hijau, mempercantik tempat ini. Ia sangat mengagumi dekorasi yang dipilihkan seseorang untuk tempat ini. Spot-view tempat ini tidak kalah menarik dibandingkan dengan tempat di mana Sonya tinggal.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang