Chapitre Trente-Deux

2.5K 321 6
                                    

Francis menatap gadis di depannya itu dengan pandangan menelisik. "Kau lupa dengan kejadian itu, atau kau mencoba menggali informasi dariku?" seraya menyilangkan tangannya di dada sembari menyandarkan tubuhnya di kursi besar itu.

Tidak mungkin jika gadis itu melupakan kejadian yang bahkan masih segar diingatannya.

Sonya menggeleng. "Manusia melupakan beberapa hal," ucapnya hati-hati.

"Biar kupersingkat. Kau membujuk Arthur sekali sewaktu penyamaran saudarimu terbongkar dan itu berhasil," ujar Francis mengingat kejadian yang kembali berputar dalam ingatannya. "Namun kau kalah suara, dan Arthur memutuskan dengan suara terbanyak dari bangsawan. Sayangnya, entah bagaimana bangsawan oposisi pemilik suara terbanyak," lanjutnya. "Dan kau pasti mengingat kejadian selanjutnya."

Penjelasan Francis berbeda dari penjelasan Diane waktu itu. Tidak ada bagian dimana Elisabeth membujuk Arthur. Kalaupun itu ada, namun semua kejadian itu tidak ada diingatannya sedikitpun.

"Sungguh, aku tidak mengingat sedikitpun apa yang kulakukan untuk membujuk Arthur." Jika Elisabeth pun melupakan kejadian itu, bukankah hanya ada satu alasan. Elisabeth sendiri yang melupakan kejadian itu. Namun kenapa?

Francis terdiam. Menatap dan menelisik setiap raut wajah gadis itu tampilkan. Tidak ada kebohongan di sana. "Kau yakin melupakannya?"

Sonya mengangguk mantap. Pun jika ia mengingat kejadian itu, tetap saja cara Elisabeth hanya akan membantunya sementara waktu. Dilihat dari kejadian selanjutnya, yaitu pergerakan oposisi yang mengerikan.

"Aku akan berbicara berdua dengan Arthur, dan bisakah kau membantuku berbicara dengan Alley. Karena kupikir dia tidak menyukaiku," ucap Sonya seraya terkekeh mengingat betapa sengitnya gadis itu menatapnya tiap kali ia berada di dekat Francis.

Francis tersenyum seraya berdiri. "Sudah waktunya sarapan pagi. Ayo!" ajak pria itu seraya mengulurkan tangannya untuk Sonya.

Sejenak Sonya terdiam. Merasakan déjà vu saat ia menatap bergantian antara Francis dan uluran tangan pria itu.

"Ada apa?" tanya Francis ketika gadis di depannya itu hanya terdiam tanpa berniat menerima uluran tangannya.

Setelah beberapa saat, Sonya akhirnya menerima uluran tangan itu dan berjalan menuju ruang makan dengan tangan yang tergenggam oleh Francis. Ada rasa hangat nyaman menjalar dari titik tangannya, dimana tangan Francis mengenggam tangannya lembut.

Francis merasakan tangan mungil itu menggenggamnya erat tatkala semakin dekat mereka dengan ruang makan. Dan itu membuatnya sangat senang dan berpikir akan mengenggam tangan itu selamanya. Namun itu sebelum mereka memasuki ruang makan dan dengan terpaksa megulur tangan masing-masing.

Di ruangan itu sudah Alley, yang duduk bersebrangan dengan Arthur. Seperti tidak ada apapun diantara mereka, namun sesaat Sonya melihat tatapan sakit hati Alley melalui sorot matanya. Sedangkan Arthur, berdiri untuk memberi salah pada Francis dan Sonya.

"Selamat pagi my lord, my lady," ucap Arthur seraya sedikit membungkuk. "Maafkan saya yang baru menyapa Anda di jamuan pagi ini." Ia tersenyum, menampilkan senyum menawan yang mugkin saja dulu Alley sukai.

Sonya menatap Alley sesaat, sebelum iris sebiru langit itu menatap Arthur dan tersenyum. "Selamat pagi, Tuan," balasnya seraya memposisikan duduk di kursi sisi kanan Francis. "Bagaimana kabar Anda? Saya dengar Anda pergi bersama Lady Alley untuk bertemu ratu."

Arthur kembali memposisikan dirinya untuk duduk dan berkata, "Ya. Perjalanan yang membuat kami tidak dapat menjenguk Anda akhir-akhir ini."

Sonya tersenyum seraya menoleh saat seorang pelayan menyiapkan makanannya. "Biar aku ambil sendiri," cegahnya ketika seorang pelayan hendak menyiapkan sebuah daging panggang pada piringnya.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang