"Tidak harus ada balas dendam, tidak harus ada benci. Kita hanya perlu memaafkan dan menerima segala apa yang telah terjadi, selebihnya serahkan pada Allah"__________________
Darega hanya menatap secarik kertas di tangannya tanpa minat, dia membuang nafas kasar lebih memilih membuang kertas itu ke tempat sampah dari pada menuruti kata Dokter Andi untuk menebusnya. Pemuda itu lalu beranjak menuju motor dan pergi meninggalkan rumah sakit.
Lelaki itu menjalankan motornya dengan ugal-ugalan. Tatapannya datar, seolah tak ada objek menarik di mata. Tak peduli gerutuan pengemudi lainnya, Darega tatap menjalankan motor dengan kecepatan penuh menabrak angin.
Pemuda itu berdecak, merasakan getaran di ponsel. Dia memberhentikan motornya di pinggir jalan sebentar untuk mengangkat telepon. Tatapan mata yang tadi datar kini berubah sendu, saat melihat nama seseorang yang menghubunginya.
Darega menghirup nafas sebelum memilih untuk mengangkat sambungan telepon itu. Sudah waktunya dia berdamai dengan masa lalu, sudah cukup selama ini ia menghindar. Mungkin dengan berdamai, Darega akan sedikit lebih tenang ketika dia pergi.
"Gue ke sana sekarang!" tukas Darega lalu kembali menarik gas-nya.
Beby meminta ia untuk menemui gadis itu di sebuah restoran di Mall yang terkenal di sini. Gadis itu bilang, dia ingin mempertemukan dia dan Keola. Dengan harapan agar persahabatan mereka kembali utuh, Darega juga berharap seperti itu.
Darega memarkirkan motornya di parkiran Mall, lalu berjalan memasuki gedung besar itu sambil bermain ponsel berbalas pesan dengan Reynald yang menanyakan keberadaannya.
Karena lari terburu-buru, Darega sampai tak sengaja bertubrukan dengan seorang pria kantoran yang umurnya kisaran seperti Tio.
Darega memegang dadanya yang berdebar, tak sengaja tersenggol oleh pria itu. Pemuda itu menunduk, menghirup rakus pasokan udara yang dirasa menipis.
"Darega?" suara berat pria di depannya membuat Darega mendongak sama kagetnya dengan pria itu.
Darega semakin memukul dadanya yang terasa bergemuruh, pemuda itu terjatuh memegang dadanya.
"Darega kamu kenapa?" tanya pria itu khawatir.
Darega terbatuk, dadanya bertambah sesak saat melihat wajah pria ini. Dia menatap benci pada pria itu, dengan nafas tak beraturan. Darega mengatakan sesuatu, "Papah?" Setelah itu semuanya gelap. Darega terjatuh tak sadarkan diri.
-----
Keadaan Silma sejauh ini cukup membaik, hanya saja rasa pusing di kepalanya masih ada. Itulah sebabnya Zahran dengan tegas menyuruh Silma agar di rawat di rumah sakit ini sementara. Zahran tak mau jika anaknya akan semakin parah.
Dan Silma hanya bisa menuruti perkataan papahnya, itu tandanya papahnya peduli pada Silma. Gadis itu tersenyum menatap keluarganya yang kini sudah lengkap.
Tante Silma juga sudah meminta maaf, atas kejadian tahun lalu. Tadinya Zahran dan Arumi marah hendak melaporkan adik dari Zahran ke polisi. Namun, Silma melarangnya. Lagi pula masalah ini sudah usai, Silma hanya ingin hidup tenang bersama keluarga yang kini ia harapkan.
Untung kedua orangtuanya termasuk nenek dan oma menyetujui keinginan Silma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...