PART 57 : Pilu

202 11 0
                                    


"Hal yang tak bisa kita hindari cuma satu, yaitu kematian."

___________

Silma keluar dari ruang ICU, tempat Darega. Netranya langsung melihat ke arah Dahlia yang tengah duduk di samping seorang gadis yang juga pernah di sekap oleh Adefta. Gadis yang Darega pilih waktu itu, yang Silma ketahui dia adalah sahabat Darega.

"Silma, Darega udah sadar?" Tante Dahlia langsung menghampiri Silma begitu ia keluar, bukan hanya Dahlia tetapi mereka semua.

Silma mengangguk, "Udah, dia lagi istirahat."

Semuanya mengucap syukur bersama. "Panggil dokter Andi, mas Zadan." titah Dahlia pada seorang pria yang entah Silma tak tahu siapa.

Dahlia sudah masuk ke dalam bersama gadis tadi, Silma berjalan menghampiri Reynald dan teman-temannya. "Kak Ama mana?" tanya Silma pada mereka saat tak mendapati sosok kakak perempuannya.

"Keluar tadi sama Julian, gak tahu kemana," timpal Aditya.

"Ke restoran seberang," jawab Alvin yang memang baru saja dari sana bersama Zeva.

Silma mengangguk, "Aku ke sana dulu ya!"

"Mau gue temenin?" tawar Reynald.

Silma menggeleng sambil tersenyum meyakinkan. "Gak perlu, aku bisa sendiri."

Setelah mengucap itu Silma lalu pergi, langkahnya terhenti di depan lobi rumah sakit saat matanya menangkap keberadaan kakaknya dengan Julian yang tengah mengobrol.

Silma tersenyum kecil, dia memilih berjalan ke arah taman rumah sakit. Yang letaknya memang bersebrangan dengan restoran.

Dia duduk di bangku panjang di taman itu, menarik nafas lalu menbuangnya berulang kali Silma lakukan. Sebenarnya bukan hanya Darega yang merasa takut, Silma juga merasakan hal yang sama. Silma takut kehilangan Darega.

Maka dari itu dia keluar untuk menenangkan pikirannya. Silma balas melambaikan tangan, saat Julian dan kakak nya melambai padanya di seberang.

"SINI SILMA!" teriak Julian.

Silma terkekeh, saat Julian meringis mendapat cubitan dari Kakaknya.

Bersamaan dengan Silma melangkah, dua orang gadis di dalam mobil yang terparkir tak jauh dari Silma tersenyum smirk.

"Sekarang!"

Hingga saat Silma menyebrang, mobil itu melaju dengan cepat menabrak tubuh Silma hingga tubuh gadis itu terpental cukup jauh.

BRAKK!!

"SILMAA!!" teriak Shima histeris.

Berbeda dengan kedua gadis itu yang menyunggingkan senyum sinis, melihat tubuh Silma terpental jauh bersimbah darah. Sebelum banyak orang yang mengerubungi Silma, gadis itu sudah tancap gas terlebih dahulu.

Tapi untungnya, tanpa mereka sadari plat mobilnya telah lebih dulu Julian foto.

Julian mengepal, lalu berlari menyusul Shima yang kini sudah menghampiri Silma.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang