"Sedih dan Bahagia sudah di takdirkan sesuai porsinya. Tapi mengapa, aku rasa porsi sedih di takdirku lebih banyak dari bahagia nya"____________________________
Minggu pagi ini langit tampak mendung, sinar mentari pagi tak terlihat nampak. Zeva bangun dari tidurnya, bawah mata gadis itu menghitam. Semalaman Zeva terjaga menunggu Silma sadar, tapi nyatanya gadis itu tak sadar juga. Karena lelah akhirnya Zeva pun tertidur di sofa ruangan Silma.
Zeva memang menjaga Silma semalaman ditemani Alvin. Gadis itu terduduk matanya menatap Alvin, yang tertidur di lantai beralaskan karpet tepat di bawah sopa.
Cowo itu nampaknya juga sangat kelelahan, semalaman Alvin terus bolak-balik ke ruangan Darega dan Silma.
Meski ada Julian dan Lainnya, juga Dahlia Mamah Darega sendiri. Tapi Alvin tetap ingin mengetahui keadaan Darega.
Dan keadaan Darega masih tetap sama, cowok tak kunjung membuka matanya, membuat semua orang semakin khawatir, Dokter juga tak bilang Darega koma. Tapi mengapa lelaki itu masih betah menutup matanya.
Zeva menguap, matanya membulat melihat Silma sudah terduduk menatap jendela. Dia langsung berlari menghampiri Silma. "Sil lo udah sadar?"
Silma tersenyum melirik Zeva, lalu mengangguk pelan.
"Huh, syukurlah." Zeva tersenyum lega.
Alvin mengerjapkan matanya mendengar suara seseorang berbicara, cowok itu merentangkan tanganya, untuk meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. "Je?" Matanya memutar hingga mendapati objek yang dari tadi ia cari, "Udah bangun ternyata."
Zeva dan Silma pun menatap Alvin yang masih mengumpulkan nyawanya, "Udah Vin, lo lihat Silma udah sadar!" seru Zeva riang.
Alvin mengucek-ngucek matanya, sambil berjalan pelan menghampiri kedua gadis itu. "Alhamdulillah, lo gak papa kan?"
Silma hanya diam melirik Alvin, sedikit menjaga jarak lalu kembali menatap keluar jendela.
Melihat reaksi Silma membuat Alvin dan Zeva heran, apa iya Silma takut pada Alvin. "Mending lo mandi sana, tuh bajunya dibawain Bunda lo mungkin!" titah Zeva pada Alvin, dari gestur tubuh Silma ia merasa Silma tak nyaman dengan adanya Alvin di sini.
Alvin pun mengiyakan, setelah mandi Alvin lebih memilih keluar dia berniat mengecek keadaan Darega. Tujuannya sih agar Silma dan Zeva bisa lebih leluasa mengobrol, mungkin Silma akan lebih terbuka jika bersama temannya.
Alvin berjalan menghampiri teman-temannya. Wajah mereka terlihat lebih segar dari kemarin, mungkin sudah mandi pikir Alvin.
"Gimana keadaannya?"
"Eh, lo Vin." Julian menegakkan tubuhnya, yang tadi sempat menyender didinding. "Masih sama, Ega belum juga sadar."
Aditya menarik nafasnya.
"Semalem, setelah lo kembali ke ruangan Silma. Jari-jari Ega sedikit bergerak. Gue kira bakalan sadar tapi ternyata enggak," lanjut Julian menjelaskan, dia juga menginap di sini menemani Dahlia. Cowok itu menatap sendu pintu ruangan Darega, Ega memang sudah di pindahkan keruang perawatan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...