Quotes terakhirr, buat yang belum pernah vote dari awal cerita di vote dulu ya beb, ini perpisahan.•~•
"Kisah kita mungkin sudah berakhir ketika hari itu, tetapi ini bukan akhir dari perjalanan hidupku."
____________
Darega berdiri menatap sendu, nisan yang di sana terpatri indah nama gadis yang dicintainya. Seolah tak dapat menahan berat tubuhnya, ia jatuh bersimpuh di dekat makam Silma.
Sudah satu tahun lamanya gadis itu pergi, Darega baru berani mengunjungi makam ini seminggu kemarin.
Wajah lelaki itu sendu, seolah warna kehidupannya telah lenyap, pergi bersama Silma. Ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, pergi dan tak akan pernah kembali, bintangnya.
"Udah lama kamu pergi, tapi rasa sepi dan kehilangan itu masih selalu hinggap di dada." Darega tersenyum getir, sambil menaburkan bunga-bunga di atas makam Silma.
"Tahu, gak? Besok itu adalah hari kelulusan kita, aku juga bakalan pergi untuk melanjutkan kuliah ku,"
"Mungkin kalo kamu masih di sini, kita pasti akan merayakan hari kelulusan sama-sama, bersama teman-teman dan kamu."
Tidak ada air mata, hanya tatapan sendu yang menyorot. Darega memang sudah mencoba ikhlas, tapi mengikhlaskan segalanya bukan sesuatu yang mudah, dia perlu waktu.
Perlu waktu untuk menyembuhkannya. Maka dari itu, Dahlia memilih mengirim Darega ke Singapura dan kuliah di sana, karena ia tak ingin Darega terus terbayang-bayang soal Silma.
Lelaki itu tersenyum, mengusap nisan Silma, "Maaf, aku belum bisa penuhi permintaan kamu."
"Aku pasti akan kembali ke sini lagi." Kecupan terakhir ia beri di nisan Silma sebelum bangkit berdiri.
Perlahan kakinya mulai melangkah pergi, dia mendongak menatap langit biru yang cerah. Rasanya baru kemarin ia dan Silma tertawa bersama, baru kemarin ia menembak Silma untuk menjadi pacarnya.
Takdir memang begitu hebat, mengubah kehidupan seorang Darega dengan begitu singkat.
Tubuh Darega menegang kaku, tatapan matanya bertubrukan dengan mata dua orang lelaki yang berdiri di depan gerbang pemakaman.
Dia Keola, dan juga ... Adefta.
Mereka juga sama diam, hingga akhirnya Darega memutuskan untuk menghampiri keduanya.
"Gue mau kita berdamai," ucap Darega setelah tiba di depan keduanya.
Adefta terkekeh sinis, "Sebenarnya gue kecewa sama lo, kecewa, kesel karena ternyata Silma lebih sayang sama lo."
Darega menatap mata Adefta yang memancarkan kekecewaan.
"Bahkan dia ternyata rela donorin jantungnya buat lo."
Darega menunduk, "Maaf," katanya, pelan.
Dia mendongak saat merasa bahunya di tepuk keras.
"Lo gak salah, ini salah gue yang udah hadir di tengah-tengah kisah cinta kalian."
Darega terkekeh dia merangkul mereka berdua layaknya teman lama, tak ada pertikaian kini ketiga pemuda itu sama-sama terkekeh menertawai kebodohan di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...