"Aku memang kesepian, dan aku butuh kasih sayang. Bukan kekangan seperti ini yang ku inginkan!"__________________________________
-o0o-
Senin paginya, Silma kembali bersekolah. Tak ada yang berbeda, hanya saja kali ini dia di kawal oleh ketiga pria itu. Ya, saat ia pulang ke rumah malam itu, ternyata kepergian Silma di ketahui oleh mereka, dan sebagai hukuman dari papah nya, Silma harus mau di kawal oleh mereka kemana pun ia pergi. Aku sudah persis, seperti tahanan saja! batin Silma.
Sedikit bersyukur, karena dengan adanya mereka. Silma tak lagi mendengar cemoohan dari semua murid di sini, meski tatapan benci dan tak suka masih mengiringi langkah Silma. Itu tak apa, lebih baik dari pada Silma harus mendengar mereka yang terang-terangan mengatai nya dengan kata-kata yang bisa membuat hati Silma kembali sakit.
Silma tersenyum, sambil melangkahkan kakinya masuk ke kelas. Saat di depan pintu dia berpapasan dengan Dinda.
"Hai, Din!" sapa nya.
Dinda menatap Silma dengan benci. Lalu gadis Itu menatap ketiga pria di belakang Silma yang menatap nya datar, "Ch, dasar anak manja!" Dinda berlalu begitu saja, melihat senyuman Silma sangat membuat nya muak. Kenapa dia masih bisa senyum?! batin Dinda.
Silma terdiam menatap punggung Dinda nanar. Semakin hari Dinda semakin membenci Silma, Dinda adalah gadis baik, yang mau berteman dengan nya saat awal masuk SMA. Tapi sekarang hubungan mereka harus renggang hanya karena seorang lelaki, jika Silma boleh memilih, ia juga tak ingin menjatuhkan hatinya pada Darega.
"Silma?!" Zeva menepuk pundak Silma seraya berbisik, "Mereka siapa? Mukanya nyeremin banget sumpah!"
Silma tersenyum, lalu berbalik menatap ketiga pengawal nya yang tengah memasang wajah datar, pantas siswa-siswi di sini tak berani mengatai nya.
"Kalian bisa pantau aku dari jauh,"
"Tapi nona-" sela salah satu dari ketiganya.
Silma memelaskan wajah nya, "Please, aku janji tak akan kabur lagi!"
Ketiga pria itu saling pandang, serempak menghela nafasnya, "Baiklah nona." Pimpinan dari mereka berjalan duluan.
Silma mengernyit saat satu orang dari pria itu masih berdiri di depan nya, "Kamu?"
Pria itu membungkukan tubuhnya, tanda hormat, "Panggil aku Zei, mereka Nino dan Arham."
"Kami tunggu di depan sekolah, selamat belajar nona!" Pria itu pun berlari menyusul kedua teman nya.
"Ganteng-ganteng, triplek ya," saut Zeva, mulut gadis itu sedikit menganga.
Silma mengeleng melihat Zeva yang tengah terpana melihat ketiga pengawal yang di tugaskan papah nya. Ketiga pria itu memang masih muda, hanya terpaut tak jauh umur nya di atas Silma mungkin.
"Nanti, aku kenalin ya. Kita masuk dulu yu!"
Zeva spontan mengeleng cepat, "Mukanya emang enak di pandang, tapi auranya yang gak enak!" Zeva menarik lengan Silma masuk ke kelas, "Skip ajalah!"
_vote_
Setelah mengantar Arsha ke Taman kanak-kanak, singkatnya TK. Dahlia pun kembali menemui Darega yang hari ini masih di rawat di rumah sakit, keadaan Darega memang terlihat baik-baik saja, tapi dia masih butuh pemantauan khusus dari Dokter. Dokter bilang, Darega terlalu sering lupa meminum obat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...