Part 12|Darega Sakit?

297 22 1
                                    

REVISI!

****

"Penyakit, musibah, jodoh dan kematian. Semuanya sudah di tentukan oleh takdir, kita hanya perlu menjalani"

___________

Semuanya kini menatap cemas ruangan IGD yang di dalamnya berisi Darega. Sejak tadi Dokter yang memeriksa Darega belum juga keluar. Membuat mereka khawatir dengan keadaan ketua Cyber itu.

Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan seorang dokter yang tadi menangani Darega, mereka semua berlari mengerubungi dokter itu.

"Gimana dok? Teman saya gak papa kan?"
tanya Julian.

"Keluarga pasien mana ya?"  Bukannya menjawab dokter tersebut malah balik bertanya.

"Sedang menuju kesini, kita tanya gimana keadaan teman saya?" timpal Alvin sedikit emosi.

Dokter tersebut menghela nafas. "Keadaan teman kalian baik-baik saja, namun ada sesuatu hal yang harus saya sampaikan pada keluarga pasien,"

"Kalo sudah sampai, suruh mereka untuk menemui saya," pesan Dokter itu kemudian pergi  diikuti sang suster di belakangnya.

Aditya, Julian dan Alvin segera berlari masuk ke ruang IGD setelah dokter itu pergi, sedangkan yang lainnya menunggu di depan.

"Lo gak papa kan Ga?" seloroh Julian langsung menghampiri Darega yang tengah terbaring, anehnya di dada cowok itu terdapat sesuatu.

"Pukulan si Keola emang keras banget ya? Sampe dada lo kok... " Aditya menatap Darega khawatir.

"Enggak, biasa aja gue," sela Darega sambil tersenyum tipis.

Alvin tidak bodoh sampai tidak bisa mengartikan rasa sakit lewat wajah Darega, ia tahu apa fungsi benda yang ada di dada lelaki itu, karena Bundanya pernah memberitahunya sedikit soal seseorang penderi ja-

Ah, tapi gak mungkin itu terjadi! batin Alvin menyangkal.

"Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu dari kita kan?"

Darega buang muka saat Alvin menatapnya dengan memicing, ia berdehem lalu mengibaskan tangannya. "Apasih, ya enggaklah!" elak lelaki itu, tangannya melepaskan sesuatu di dadanya yang sebenarnya tidak boleh dilepaskan dulu sampe ia pulih, tapi Darega tidak mau teman-temannya tahu. "Nih ini bukan apa-apa."

Darega mengembuskan nafas lega, saat ketiga temannya keluar dari IGD, ia berterima kasih pada suster yang tiba-tiba datang untuk memeriksanya kembali.

~~

Dahlia berlari di lorong rumah sakit bersama suaminya-- Tio. Raut kekhawatiran menghiasi wajah wanita itu .

Terlihat teman-teman anaknya yang tengah duduk dipelataran ruangan IGD, Dahlia berlari menghampiri mereka.

"Darega dimana?" tanpa basa-basi Dahlia langsung bertanya dengan khawatir, mata wanita itu berkaca-kaca.

"Ma, tenang ma," ujar Tio, merangkul bahu istrinya.

"Darega di dalem Tan, lagi diperiksa suster. Tadi tante sama Om, disuruh keruangan Dokter Rahman." Alvin menyampaikan pesan yang tadi dokter itu bilang.

Dahlia segera pergi setelah menanyakan di mana ruangannya, disusul Tio.

Alvin memandangi teman-temannya yang tengah mengobrol, sedari tadi pikirannya tidak lepas dengan apa yang terjadi pada Darega. Ia rasa Darega memang menyembunyikan sesuatu, karena dari informasi Bundanya, Dokter Rahman adalah dokter spesialis penyakit dalam.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang