Part 5|Si Gadis Aneh

323 38 2
                                    


"Menangis memang tidak akan bisa menyelesaikan segalanya, tapi dengan tangis kita akan jauh merasa lebih baik."

REVISI!

-------

Silma memilin jarinya dengan wajah yang menunduk, tak berani menatap Darega yang berdiri di depannya. Saat ini mereka berada di belakang sekolah, tadi waktu Silma hendak berbelok ke koridor, Darega langsung menarik tangan gadis itu membawanya menuju sini.

Kebetulan jam pelajaran masih berlangsung, jadi tidak akan ada orang yang melihat mereka berdua. Selain itu, jarang ada murid yang akan ke belakang sekolah kecuali murid-murid nakal yang biasanya akan nongkrong di warung Bu Hik, markas tempatnya anak-anak seperti Darega.

Darega duduk tumpang kaki di kursi yang ada di sana, dengan bibir yang terus mengunyah permen karet ia melirik pada gadis yang berdiri kaku di sampingnya. "Kaku gitu lo, duduk sini." Lelaki itu menepuk bangku, agar Silma duduk di sampingnya.

"Aku gak bi-"

Ucapan Silma terpotong saat Darega menariknya duduk begitu saja.

"Santai kenalan dulu lah sama gue," ujar Darega.

Silma berusaha melepas jemarinya yang digenggam erat oleh lelaki itu, "Lepas."

Darega terkekeh singkat, ia melepaskan jemari gadis itu, alisnya bertaut saat Silma langsung beringsut sedikit menjauh darinya. Seperti biasa, gadis itu kembali menunduk. "Doyan banget lo nunduk, gak pegel tuh?"

Tak gentar meski gadis itu tak merespon ucapannya, Darega bergeser mendekat pada Silma hingga gadis itu tak bisa menjauh lagi. Telunjuknya mengangkat dagu Silma agar mendongak, dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah Darega menatap mata coklat itu dalam.

Sedangkan Silma menahan nafas, jaraknya dengan si mostwanted ini terlalu dekat. Jika orang yang melihatnya dari belakang pasti akan menerka yang tidak-tidak.

Melihat ketakutan dari wajah gadis itu membuat Darega semakin gencar menggodanya, ia menatap Silma remeh, "Pantes satu sekolah bilang lo aneh, karena emang lo sekaku ini sama orang lain?"

Silma hanya diam menatap tak suka pada pria yang tertawa meremehkan padanya, ini yang Silma tak suka dari sifat manusia. Selalu menyimpulkan apa kata orang, tanpa tahu kebenarannya dengan jelas.

Darega merangkul bahu Silma santai, tak peduli dengan wajah gadis itu yang sudah memerah. "Kenapa tadi lo sempet nolak jadi mentor gue?"

"Bukannya itu hak saya? Saya berhak memilih!" Silma mengeluarkan suaranya, memberontak dalam rangkulan Darega, tapi pemuda itu malah mencengkram kuat bahunya.

"Dan gue gak suka ditolak!" Darega menghentikan kunyahannya dan menatap gadis itu dengan tajam. Tak lama Darega melepas rangkulannya, ia berdiri memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana abu, menatap Silma dengan tatapan remeh. "Bye, mentor aneh!"

Silma berdesis menatap Darega yang melambai sambil menyungging sinis padanya, ia menghela nafas panjang sambil menyenderkan tubuhnya di senderan bangku, setelah ini Silma yakin hidupnya di sekolah tidak akan tenang. Ralat semakin terancam, karena selama ini Silma tidak pernah menemukan ketenangan di sekolah.

~~

Saat ini Darega dan kawan-kawannya tengah menghabiskan waktu istirahat mereka dengan bersantai di stand warung Mak Peah, kantin yang selalu menjadi tempat mereka nongkrong.

"Lo baca buku apaan Vin?" tanya Julian penasaran pada Alvin yang tengah membaca buku dengan fokus.

Darega dan Aditya pun seketika menyimpan ponselnya, dan beralih menatap Alvin yang keliatan berbeda hari ini.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang