PART 43 : SUARA ITU?

125 12 2
                                    

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua berjalan atas kehendaknya"
____________________

_Selamat membaca_

°°°

Pagi ini, Silma masih bergelut dalam selimutnya. Berhubung, sekolah sedang libur, karena tanggal merah. Jadilah, Silma bangun telat kali ini. Karena semalaman ia tak bisa tidur. Meski sudah meminum obat penenangnya pun, rasa kantuk pun tak menyerangnya. Ini gara-gara ucapan Darega kemarin.

Tok.. tokk

"Non? Udah bangun?" suara Bi Ijah terdengar di balik pintu kamar.

Silma mengerjap, perlahan gadis itu merubah posisi nya menjadi terduduk. Dia menatap jam di dinding kamar nya. Pukul 09.32, sudah hampir siang ternyata.

"Udah bi!" teriaknya dengan suara serak.

"Bibi boleh masuk?"

Silma menyingkap selimutnya, lalu berdiri. "BOLEH BI, MASUK!!"

Pintu terbuka, menampilkan Bi Ijah yang tersenyum hangat padanya. Wanita itu berjalan menghampiri Silma. "Sarapan yuk!" Bi Ijah merapikan rambut Silma yang berantakan, "Mumpung mereka lagi pergi."

"Serius Bi?"

Terlihat sekali binar bahagia dari mata anak majikannya, membuat Bi Ijah tersenyum sendu. Berada satu ruangan dengan ketiga pria itu memang membuat Silma merasa terintimidasi, Bi Ijah juga bisa merasakannya. Aura ketiga pria itu memang tak bisa di ragukan lagi.

Mendapat anggukan dari Bi Ijah, bibir pink pucat milik Silma semakin merekah. Bibir Silma memang selalu pucat. Gadis itu pun langsung beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Tak butuh waktu lama, gadis itu untuk mandi. Sekarang Silma sudah memakai celana pendek selutut dengan kaus lengan pendek berwarna abunya. Silma memang berbeda dengan gadis lain, jika gadis lain sangat menyukai warna-warna cerah yang mencolok. Lain halnya dengan gadis ini, Silma lebih suka warna gelap. Alasan nya simple, hidupnya juga lebih gelap di banding warna kesukaannya.

Dia keluar dari kamar, lalu menuruni tangga untuk menemui Bi Ijah yang sudah menunggu Silma di meja makan.

"Siang Bibi!" sapa Silma sambil terkekeh, gadis itu sadar hari sudah tak lagi pagi saat ia ingin menyapa Bi Ijah.

Bi Ijah pun terkekeh, wanita itu mengambil sepiring nasi untuk Silma, "Mau sama apa Non?"

Silma melihat-lihat hidangan sarapan nya, bukan sarapan lagi tepat nya saat hari sudah siang seperti ini. Tatapan gadis itu jatuh, pada udang goreng kesukaan nya.

"Udang dong Bi!" Kekeh nya, "Sama capcay  juga." Tak lupa Silma juga mengambil capcay untuk dirinya.

Keduanya makan dengan tenang, cukup seperti ini saja. Silma bisa merasa kasih sayang seorang ibu kembali lewat Bi Ijah. Gadis itu melirik Bi Ijah yang juga tengah makan, dia memang yang menyuruh wanita baya ini untuk menemani nya makan bersama.

•••

Setelah menghabiskan sarapan siang nya, Silma kini tengah duduk di sofa menonton televisi dengan mata yang menatap ponsel nya. Kejadian seperti ini memang sering terjadi di kalangan orang banyak.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang