PART 56 : Bertemu Kembali

200 12 0
                                    


"Hidup di dunia ini tidak tentu kapan akhirnya, tidak singkat tidak juga begitu lama. Tapi kita harus siap, ketika tuhan mengambil segalanya."

_____________

Mendengar kabar jika Silma sudah sadar, keluarganya senang bukan main. Silma senang banyak orang menyanyanginya.

Keinginan Silma untuk pulang pun terpenuhi, itu sangat membuat Silma senang. Zahran juga berpikir lebih baik mereka segera pulang ke Indonesia, takut-takut jika saingan bisnisnya akan kembali mencelakai keluarganya.

Saat ini mereka sudah sampai di Jakarta, sekarang Silma sedang ada di perjalanan pulang menuju rumahnya.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh menit Silma dan keluarganya pun telah tiba di rumahnya, Daniel juga Adefta pun turut ikut karena ajakan dari Zahran.

Meski Silma sedikit tidak enak, melihat raut wajah Adefta seperti tidak suka saat mereka pulang.

"Yuk kita ke kamar, istirahat!" ajak Mamahnya sambil menuntun Silma.

Silma pun di bawa Arumi dan Neneknya ke kamarnya. Nenek dan Oma memang turut ikut mengantar Silma ke sini. Kalau Shima, entah sekarang gadis itu tengah kemana. Shima tadi ijin pergi sebentar dengan Daniel.

"Ini semua piala-piala kamu?" ujar Nenek tak percaya melihat begitu banyak piala dan piagam yang berjejer di dalam lemari khusus di kamar Silma.

Silma mengangguk sambil tersenyum, "Iya Nek,"

Melihat ke antusiasan nenek dan Oma membuat Silma senang, keberhasilannya ada yang menghargai. Gadis itu menoleh saat tangannya di remas kuat oleh mamahnya. "Mamah kenapa?" ucap Silma khawatir melihat mamahnya menangis.

Grep

"Maafin Mamah Silma, selama ini Mamah gak pernah perhatiin kamu."

Hati Silma menghangat hari ini Silma banyak banget mendapat pelukan dari orang tersayangnya.

"Nenek sama Oma juga minta maaf gak pernah nengokin kamu ke sini." Kedua wanita renta itu juga turut memeluknya.

Pelukan keempatnya terlepas saat Zahran masuk di susul Shima di belakangnya.

"Ada apa ini pelukan kok gak ngajak-ngajak," kata Zahran dengan suara yang sedikit merajuk.

Keempat perempuan itu tertawa setelah mengusap matanya.

Perhatian mereka teralihkan pada Shima yang tengah melihat-lihat piala milik Silma. "Wih, adek gue ternyata pinter juga ya," decaknya kagum hingga mereka semua tertawa.

"Ama!" panggil Papa.

Shima hanya berdehem sebagai jawaban, karena gadis itu masih fokus meneliti berbagai piala adiknya.

"Selama ini kamu tinggal di mana?" timpal Oma mewakili semuanya, karena sejujurnya mereka juga penasaran di mana Shima tinggal selama ini.

"Kolong jembatan Oma," jawab gadis itu asal.

"HAH?"

Shima tertawa pelan, melihat raut kaget keluarganya. "Enggak lah, aku ngekost terus kerja sambil sekolah."

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, "Nih, aku punya uang loh. Kemarin baru gajian," paparnya bangga.

Mereka menatap sedih pada uang pecahan rupiah di tangan gadis itu. Ternyata hidup kakak nya selama ini lebih menderita dari pada Silma.

"Gak usah terharu, Ama tahu kok Ama hebat," Kekehnya.

"Sini Nak!" panggil Zahran.

Shima pun melangkah lalu bergabung ikut berpelukan dengan mereka.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang