PART 42 : KEPASTIAN!

118 11 0
                                    

"Cewe juga butuh kepastian, bukan hanya sekedar ucapan!"

-Julian Ardiansyah-

_________________________________

Mereka kini tengah berada di kantin, tepat nya di bangku paling tengah. Yang otomatis semua murid pasti bisa melihatnya. Tadinya Julian ingin memilih meja tempat biasa mereka, namun meja sebelah pojok tampaknya ada murid lain yang lebih dulu menempati. Jadilah mereka pasrah duduk di bangku tengah, karena hanya itu bangku kosong yang tersisa. Maklum, istirahat begini memang sudah biasa jika kantin selalu rame.

Ingin mengusir, tapi mereka tak sampai hati melakukan itu. Lagi pula itu bukan meja mereka juga, kalo Julian berbuat kaya gitu pasti Alvin  akan berucap dengan mulut pedasnya "emang itu meja punya lo? Lo bawa meja dari rumah?!"

Dahlah, skakmat kalo Alvin bilang gitu.

"Apasih Pin, liat gue gitu banget!" cetus Julian.

Alvin tersenyum sinis, "Ge-er! Orang gue liatin Bu Cati!"

Julian dan Aditya refleks menoleh ke belakang, dan benar saja Bu Cati memang sedang lewat di belakang mereka. Keduanya meringis, saat Bu Cati menatapnya tajam.

"Yaudah sih, naksir lo gitu sama si BuCat?" celetuk Aditya.

Darega dan Silma tersenyum simpul melihat raut wajah Alvin. Sedangkan Zeva gadis itu sudah terbahak.

Tak peduli pada para kaum hawa yang tengah menatap tak suka pada ia dan Silma. Mereka semua iri, apalagi Dinda dan Winda kedua gadis itu sudah menggeram emosi.

Melihat Geby, kakak kelasnya yang berjalan penuh emosi membuat mereka bangkit. Mereka sudah mengira apa yang akan di lakukan kakak kelasnya itu, ya menggebrak Silma dan Zeva. Semua murid di sini tak heran lagi, Geby memang sangat menyukai Alvin.

"Kita ikut kak!" saut Winda.

Geby hanya melirik sekilas, lalu kembali berjalan menghentakan kakinya. Di susul kedua antek-anteknya tak lupa Dinda juga Winda.

BRAKK!!

"BUSETT ANJROT!!" Julian berteriak kaget.

"ANJIR, BAKSO GUE TERBANG GOBLOK!!" Aditya menatap bakso nya yang terlempar jauh.

Zeva menatap siapa pelaku yang menggebrak meja mereka, dia tersenyum jail. Beda lagi dengan Alvin dan Darega mereka berdua menatap malas sekumpulan perempuan itu.

Darega merasakan tangannya di remas begitu kuat oleh gadis di sebelahnya, dia menoleh menatap Silma yang sedang tertunduk. "Tenang," bisik pemuda itu.

Zeva berdiri dengan senyum jail, jiwa jail dia kini sedang kumat. Alvin yang menatap tajam juga gadis itu hiraukan. Dia menatap Geby yang sudah terbakar api cemburu.

"WIH, DAEBAKK!!" Zeva bertepuk tangan dengan heboh.

"Lo punya kekuatan dalam ya? Bakso aja sampe ngapung gitu,"

"Kayanya lebih seru lagi, kalo bakso si Adit ngapung terus mendarat di wajah lo ya?" Zeva mengelus-elus dagu seperti berpikir.

"DASAR CEWE GANJEN!" Geby bergerak hendak mendorong Zeva.

Tapi Zeva lebih dulu menghindar, "Bentar-bentar kayanya gue lihat api yang membara nih,"

"Tante kebakaran ya, hatinya?" Gadis itu tersenyum mengejek, membuat Geby tambah kesal.

"HEH LO BERANI YA SAMA KITA?!" teriak Jenifer, salah satu antek-antek Geby.

Zeva mengkode pada Aditya dan Julian, untung kedua cowok itu mau di ajak kerja sama, "KAYANYA BENER DEH JE, ADA YANG KEBAKAR NIH!" Julian berteriak menyeletuk.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang