Happy Reading everyone❤
Jangan lupa VOTE ya😉
Mohon maaf bila ada typo..
Silma Amoura Zahrani on Mulmed
REVISI!
**********
Silma meremas tarikan tas ranselnya saat Mamah dan Papahnya mulai membuka kertas hasil ujian fisika miliknya hari ini, saat menginjakkan kaki pulang dari sekolah wajah Silma sudah berseri melihat mobil kedua orang tuanya yang sudah terparkir. Ia kira mereka memang datang untuknya, tapi ternyata hanya untuk melihat hasil tes harian fisikanya.
Brak!
Zahran menggebrak meja, kertas tes milik Silma di lempar ke meja hingga Silma berjengkit kaget. "Kenapa bisa nilai kamu turun?!" tanya pria itu dingin.
Ini masalah ketakutan Silma sejak tadi, hari ini ia mendapat nilai 80 dalam tes fisikanya. Itu karena Silma tidak belajar semalam, "Maaf Pah," cicit Silma seiring dengan eratnya pegangan di tasnya.
"Maaf-maaf! Ini pasti karena kamu gak belajar kan?!"
"Kamu kebanyakan main ponsel kayaknya Pah," sambung Arumi.
Silma hanya bisa menunduk mendengarkan marahan dari kedua orang tuanya, ini memang salahnya. Salahnya yang tidak belajar.
"Kamu saya sekolahkan itu untuk menjadi anak yang pintar, bukan bodoh!" desis pria itu dengan tatapan dinginnya.
"Ingat Silma, kamu itu anak dari pengusaha terkenal. Kamu gak mau buat Papah sama Mamah malu kan punya anak bodoh kaya kamu?" timpal Arumi. "Kamu harus sempurna, paham?!"
Silma memejamkan matanya kuat, sakit. Rasanya ucapan sang ibu lebih menyakitkan hati dari pada ejekan teman-temannya.
"Saya gak mau lagi dengar nilai kamu yang anjlok lagi berikutnya! Udah mah gak ikut organisasi, setidaknya kamu harus pintar di bidang akademik!"
"Biar kaya orang-orang, kamu suka sekali menyendiri, pantas tidak punya teman."
Silma membuang nafasnya berat, ia mengangkat wajah, tersenyum paksa pada keduanya. "Iya Pah, Mah, Silma janji ini yang terakhir,"
"Bagus, sana pergi ke kamar!" Zahran mengibaskan tangannya, seolah mengusir Silma untuk pergi.
Gadis itu mengangguk, membenarkan gendongan tas ranselnya dan melangkah dengan berat hati.
"Oiya, satu lagi, ponselmu saya sita!" Telak keputusan Papahnya tidak bisa lagi diajak kompromi, yang Silma lakukan hanya mengangguk. Tak apalah, Silma juga jarang membuka ponsel, ia lebih sering berteman dengan buku dan kesunyian.
Satu tetes air mata jatuh saat Silma telah menutup pintu kamarnya. Silma tidak suka dibandingkan, apalagi harus dituntut sempurna seperti apa yang Mama dan Papahnya bilang.
"Lagi-lagi seperti ini," lirih Silma sambil menyenderkan tubuhnya di balik pintu, Silma membuka gulungan kertas hasil tes yang tadi sempat ia bawa, "Ini semua gara-gara kamu!"
Dia melempar kertas itu menuju tempat sampah, "Kapan Mamah sama Papah bisa ngertiin perasaan aku?" Silma menyangga kepalanya, menatap langit-langir kamarnya dengan tatapan lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...