Part 22|Belajar With Silma

166 22 1
                                    


"Senyuman lebar ini hanyalah sebuah topeng, asal kau tahu!"

____________________________________

Happy Reading....

°°°

Bel pulang berbunyi nyaring membuat siswa dan siswi memekik girang, guru di depan pun dengan segera menyelesaikan tugas mengajarnya. Silma langsung membereskan alat tulisnya, memasukkannya pada tas.

Sebenarnya ia malas jika harus pulang lebih dulu, Silma tidak mau berdempetan ketika turun dari tangga, biasanya ia selalu menunggu sepi dulu baru akan pulang, tapi hari ini karena Darega yang mengabarinya untuk cepat-cepat ke parkiran, mau tidak mau Silma menuruti perkataan cowok itu.

"Sil tungguin gue!" Tuh kan, karena terlalu terburu-buru, Silma jadi melupakan Zeva.

"Lo mau kemana sih? Buru-buru banget," ujar gadis itu setelah tiba di depan Silma.

"Nanti aku jelasin sambil jalan." Silma menarik Zeva keluar dari kelas, ia harus cepat ke parkiran, teleponnya kembali berbunyi.

"Itu ponsel lo bunyi lho," tegur Zeva.

"Biarin Ze, aku harus cepet sampai parkiran!"

"Lo pulang bareng siapa? Bareng gue yuk!" ajak Zeva.

Zeva memang belum mengetahui jika ia mentutori Darega. "Aku harus ngajarin Darega belajar," ungkap Silma.

Langkah mereka tiba-tiba terhenti saat kedua cowok tampan kini menghadang jalannya, membuat Silma mendesah kesal sedangkan Zeva memutar bola matanya malas.

"Heh kadal arab! Minggir gak lo pada, kita mau lewat!" seru Zeva.

Julian menyahut dengan pongah, "Silakan nona, jalan masih lega,"

"Lagian juga kita gak ada perlu sama lo!" tambah Aditya dengan tampang toyorable.

"Ya terus ngapainn lo berdiri depan gue?!"
teriak Zeva di depan wajah keduanya, kekesalan nya kini meningkat melihat wajah menyebalkan kedua cowok itu.

"Jangan ge-er mbaknya ya, kita ada perlu sama Silma bukan sama lo!" ujar Julian menjulurkan lidahnya, meledek gadis cantik itu.

Aditya mengibaskan tangannya di depan Zeva. "Jauh jauh muka lo euy Human, nafas lo bau Jamet!" imbuh Adit santai, tanpa melihat raut wajah Zeva yang kini sudah memerah menahan kesal.

Tanpa ampun cewek itu menendang tulang kering Adit dengan keras membuat lelaki itu berteriak kesakitan.

Silma menatap kasihan pada Aditya sedangkan Julian cowok itu sudah terbahak melihat temannya yang ternistakan.

"Kalian ada perlu apa sama aku?" tanya Silma tidak mau mengulur waktu, karena semakin lama mereka berdiri di depannya, saat itu juga ia menjadi pusat perhatian dan cibiran orang-orang.

"Jadi gini Silma, kita kesini itu bertujuan un-"

"Lo ditunguin Darega di gerbang, cepetan samperin katanya!" sela Aditya memotong ucapan Julian seraya melenggang pergi dengan berjalan tertatih. Lalu cowok itu menarik kerah baju Julian dari arah belakang.

"WOY ADIT KAMPRETT LEPASIN, GUE ENGAP NIH!" teriak Julian meronta membuat yang melihat kini terkikik di buatnya.

Silma tersenyum geli melihat tingkah salah satu mostwanted itu, namun tak lama ekpresinya berubah menjadi cemas.

Ia menghela nafasnya, melihat parkiran begitu ramai, jika Silma ke sana, semua orang pasti akan tambah membencinya.

Niatnya Silma ingin menunggu saat parkiran sepi, tapi di sana Darega sudah menatapnya kesal sambil melambai padanya, membuat orang-orang menatap tak suka pada Silma.

Karena Takdir [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang