"Patah hati terhebat dan cinta pertamaku adalah dia... ayahku sendiri."-
---------
"Aku harus pulang!"
Darega menatap heran gadis di depannya, entah apa yang terjadi dengan Silma, raut wajah gadis itu mendadak gelisah dan khawatir setelah menerima telpon tadi, dan kini tiba-tiba dia buru-buru membereskan barang-barangnya.
"Gue anterin!" seru Darega, belum sempat Silma menolak lelaki ini lebih dulu menarik tangannya keluar apartemen menuju loby.
Mobil adalah tujuan Darega, mengingat hari sudah hampir menjelang malam, ini bukan semata karena ada Silma, tapi memang dirinya juga tidak bisa menghirup angin malam, Darega mudah masuk angin.
Darega melirik Silma, dan menjalankan mobilnya di atas rata-rata sesuai permintaan gadis itu.
Tak butuh waktu lama, kini mobilnya telah tiba di depan pagar rumah Silma.
Darega melirik Silma yang sedang membuka seatbelfnya dengan gelisah dan terburu-buru. Darega mencondongkan tubuhnya pada Silma, berinisiatif membantu gadis itu melepas seatbelf.
Silma yang menyadari jarak dirinya dan Darega seketika menahan nafas, dari jarak sedekat ini membuat gadis itu berpikir macam-macam.
Silma menghembuskan nafas lega, setelah Darega menjauhkan tubuhnya, ternyata Darega hanya membantunya melepas seatbelf.
Gadis ini meringis pelan, bisa-bisanya ia berpikir macam-macam!
Rasa malu kini membuat pipi Silma memerah, namun sekarang bukan saatnya seperti ini.
"Ma-makasih." gugupnya meremas rok abu.
Setelah mengucapkan itu, Silma buru buru keluar dari mobil. Darega pun tidak sempat mencegahnya, akhirnya dia pergi karena Mamanya sudah menelponnya untuk pulang.
Silma dengan pelan membuka pintu gerbang rumahnya. tiba-tiba seseorang menarik kasar tangan Silma.
"Aw Pa, sakitt," pekik Silma tertahan, dia terus memegang tangan Papanya yang semakin kuat mencengkram lengannya.
"BERAPA KALI SAYA BILANG JAUHI DIA SIALAN!" bentak Zahran menatap bengis Silma.
Tangannya semakin kuat mencengkram lengan Silma, membuat lengan kecil itu memerah.
"Maaf Pa, shh sakit Pah,"
"Saya tidak butuh maaf dari kamu!" sentak Zahran.
Silma memejamkan mata, lolos sudah air mata yang sedari tadi di tahannya. Meski sudsh berulang kali dibentak dan di perlakukan kasar oleh Papanya, tetap saja hati Silma terluka.
"Silma janji bakal turutin apa mau Papa," lirih Silma sambil terisak pilu.
Tatapan tajam Zahran membuat Silma menciut, baru kali ini ia melihat Papahnya seperti ini. "Diam anak sialan!" teriak pria itu yang amat menakutkan Silma dengar.
"Kamu harus di hukum!"
Tanpa belas kasih, Zahran memukul Silma menggunakan sabuknya, jeritan kesakitan dan ampunan Silma tidak sekalipun digubrisnya, mata, hati dan telinganya seolah tidak lagi berfungsi.
Ctassss!
"Akhh Papa sakit!"
Ctasss!!
"Ini tidak ada apa-apanya dibanding perbuatan kamu!" bentak Zahran.
Ctassss!!!
Ctassssss!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...