"Yang terlihat baik, belum tentu baik!"
****
REVISI!
°°°°°
Pagi harinya, Silma kembali beraktifitas seperti biasa. Memulai pagi dengan senyuman kembali, dia mematikan kotak musik pemberian lelaki bernama Daniel, dia menyetelnya untuk membuat hatinya tenang dan tidak mengingat kejadian kemarin.
"Ikat rambut Zeva." Silma tersenyum tipis, melihat sebuah ikat rambut berwarna hitam milik seorang gadis yang kemarin malam menolongnya. Dia memasukkan ikat rambut itu ke dalam kotak musik.
Zeva adalah gadis baik kedua, yang berbaik hati mengajaknya berteman. Dengan Zeva, Silma tidak merasa canggung, gadis itu memahami sikapnya, sehingga membuat Silma nyaman.
Silma menyaut tas dan cardigannya, dia tersenyum menatap cermin sambil menggendong tas ranselnya. "Semoga pagi ini lebih baik," bisiknya pada dirinya sendiri.
Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, maka dari itu hanya kata 'semoga yang kita harapkan, semoga baik-baik saja.
Senyum di wajah Silma hilang saat menuruni tangga, pagi sekarang tidak ada Mama dan Papa yang biasanya tengah sarapan dengan gadget masing-masing, kejadian itu tidak ada lagi, atau mungkin tidak akan pernah terulang lagi.
Silma membuang nafasnya, ternyata benar apa yang dikatakan cowok bernama Daniel itu, kesepian itu menyebalkan!
Lebih baik Silma segera berangkat sekolah, mungkin harapan paginya akan ia dapat di sekolah, jika tidak di rumah. Silma masih punya sekolahan, meski kadang ia sering menganggap jika sekolah juga merupakan neraka kedua setelah rumahnya.
Jika orang lain menganggap rumah dan sekolah adalah tempat yang menyenangkan, Silma tidak menganggapnya begitu, kesan yang ia dapat di dua tempat itu sama, sama-sama menyakitkan dan mengerikan!
~~
Di sisi lain, Darega tengah berusaha membujuk Ibunya agar mengijinkan pagi ini untuk ia kembali beraktifitas.
Tapi Dahlia masih tetap teguh pendirian, dan melarang tegas untuk Darega sekolah. Dahlia hanya merasa jika Darega masih perlu istirahat total, ia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi.
"Tapi Mah, Ega pengen sekolah,"
"Nggak Ega kamu harus di sini dulu hari ini, kamu belum pulih betul!" tegas Dahlia lagi sambil membereskan sarapan Arsha-- anak itu tadi dibawa Tio ke sini, karena Arsha ingin melihat abangnya.
Darega berdecak, dia khawatir dengan keadaan si gadis aneh itu. Kemarin malam Alvin bercerita saat menginap di rumah sakit bersama Julian dan Aditya. Alvin mengatakan jika Silma digoda oleh preman, dan keadaan gadis itu jauh dari kata baik-baik saja.
Hal itu yang membuat Darega bersikeras ingin berangkat sekolah, dia ingin memastikan apakah cewek aneh itu baik-baik saja. Entah kenapa Darega bisa secemas ini hanya karena Silma.
"Abang kenapa sih? Ngebet banget pengen sekolah mending bolos bang, kan enak," sahut Arsha, adiknya.
"Lo juga ngapain di sini? Bukannya sekolah kok bolos kesini, yang sakit gue bukan lo ya!" dengkus Darega sambil menatap tajam adiknya yang terlihat santai memainkan handphone Dahlia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...