"Dari tuhan kembali lagi pada tuhan"____________
Mereka kini tengah berada di kamar inaf Darega, melihat lelaki itu kini tengah tersenyum. Yang membuat mereka bersedih adalah di tubuh cowo itu terdapat banyak sekali alat-alat medis yang entah apa namanya. Terutama di dada, mungkin itu alat yang sering di pake seseorang penderita jantung.
Awalnya mereka kecewa, karena Darega tidak pernah memberitahu mereka prihal ini. Namun, untuk sekarang bukan waktu yang tepat untuk kecewa, apalagi sekarang lelaki itu hanya bisa terbaring lemah tak berdaya.
"Gimana Silma?" Tak peduli dengan keadaanya, di pikiran Darega hanya ada satu nama yaitu Silma. "Eh ponsel gue mana?"
Reynald menghela nafas, lalu memberikan ponsel milik Darega yang memang ada padanya.
Darega membuka ponsel itu, dia tersenyum mendapati ada banyak pesan dari Silma. Sambil membuka room chatnya dengan gadis itu, dia berkata. "Kalian udah tahu keadaan gue, semoga lo pada bisa nerima kalau gue pergi."
Julian terkekeh, menahan tangis. "Lo ngomong apa sih bro?!"
"Ngawur lo pasti sembuh!" tambah Alvin.
"So-so an mau pergi. Utang lo masih banyak ya sama gue," ujar Reynald tertawa lirih dengan Julian.
Sedangkan Aditya dan Zeva sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka hanya diam, menahan tangis yang berderai.
Darega tersenyum tipis sekilas menatap mereka, tatapan jadi dingin saat satu pesan dari Silma berhasil membuatnya sedih. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kalian kasih tahu Silma soal penyakit gue?"
"Kita aja baru tahu sekarang, gimana mau ngasih tahunya," saut Zeva sambil mengusap air matanya.
Mereka benar, tapi jika begitu dari mana Silma tahu perihal penyakitnya. Siapa orang yang telah memberi tahu gadis itu.
Dan semakin sialnya, saat di hubungi ponsel gadis itu tidak aktif. Membuat Darega semakin di rundung khawatir, apalagi gadis itu pergi bersama Adefta.
Dari foto kiriman Adefta kemarin, Darega menyimpulkan sepertinya Silma di bawa Adefta keluar negeri. Pasalnya di foto itu mereka terlihat seperti tengah berada di pesawat.
Darega mengalihkan tatapannya menatap keluar jendela. Ya Allah masih ada kesempatan kah untuk dirinya bertemu dengan gadis itu? Darega berharap cukup banyak, dia ingin bertemu Silma mungkin untuk terakhir kalinya.
•••
Sudah seminggu berlalu sejak kejadian tabrak lari itu, Silma dinyatakan koma. Benturan keras di kepalanya membuat gadis itu harus menjalankan operasi. Operasinya memang berjalan dengan lancar, tapi sampai saat ini gadis itu belum sadarkan diri.
Semuanya tampak sedih dengan keadaan Silma. Apalagi Zahran dan Arumi yang sudah seperti mayat hidup, raut lelah terpancar di wajah mereka berdua, bahkan mata keduanya juga menghitam dan sembap. Akibat kurang tidur, dan terus menangis. Mereka menyesal, baru saja ingin memulai semuanya dari awal, mengapa Silma harus seperti ini.
Soal pelaku tabrak lari itu, sudah Adefta urus ke polisi. Pelaku itu juga sudah meminta maaf pada keluarga Silma karena kecerobohannya dalam berkendara.
Saat ini Adefta, Daniel dan Shima yang kebagian menjaga Silma. Mereka menatap sendu wajah pucat Silma. "Def, mending lo jauhin Silma deh. Gue takut Sahara berbuat nekat lagi," ujar Shima tanpa melihat pada Adefta.
Daniel mengangguk, "Iya Def, Sasa bener. Mending untuk saat ini lo selesain dulu masalah lo sama Sahara. Tolong jangan bawa Silma ke dalam masalah kalian." Daniel memang lebih suka memanggil Shima dengan panggilan Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...