BAAAA!
__________________________
"Rencana Allah memang selalu indah, percayalah"
__________________
°°°
Mendengar suara jatuh nya ponsel Silma yang cukup keras, menyita perhatian semuanya teralihkan pada seorang gadis yang tengah terduduk menutup mulut nya, seraya mengelengkan kepala.
Silma--gadis itu langsung melemas, dia tak bisa menahan berat tubuh nya sendiri. Gadis itu menutup mulut nya, seakan tak percaya apa yang telah di dengar nya. Suara itu, panggilan itu. Semua nya sama persis seperti yang ada dalam mimpi nya tahun lalu. Sama seperti ingatan hitam, yang akhir ini kerap kali mengganggu pikiran nya.
Darega langsung menghampiri gadis itu, memeluknya. Berharap pelukan nya bisa menenangkan gadis itu.
Silma menoleh, dia menatap mata Darega dengan berkaca, "d-diaa.. aa-aku dan dia? E-ega dia siapa?" Silma berucap tergugu, dia mengeleng kan kepalanya. Air mata nya sudah jatuh membanjiri pipi nya.
Darega memeluk Silma erat, menenggelamkan wajah gadis itu di dada nya. Beralih menyambar ponsel Silma yang tergeletak tak jauh darinya. Sambungan telepon itu masih tersambung, Darega mengernyit saat mendengar isakan yang juga terdengar di seberang sana.
Tapi saat ia, mengeluarkan suara. Telepon itu sudah di putuskan sepihak dari sana. Siapa dia? batin Darega.
Karena melihat Silma menjadi terdiam, akhirnya keluarga Julian memutuskan mengajak teman-teman dari anak nya makan malam di restoran terhits di kalangan anak muda, guna untuk menghibur Silma. Selain itu juga sebagai perayaan kembalinya Zeva pada keluarga mereka.
"Lo mau makan apa?" tanya Darega lembut, namun Silma tetap terdiam.
Zeva bergerak duduk di samping kiri gadis itu, sebelah kanan Silma terdapat Darega. "Sil, Silma? Plis respon gue!"
Dirinya tak tahan saat melihat Silma terus terdiam, menatap kosong ke depan.
"Sudah, nak. Mungkin Silma masih butuh waktu sendiri. Dia masih shok." Mamih Jeni mengusap bahu anak nya.
Darega membuang nafas, beralih menatap semuanya yang tengah menatap prihatin pada gadis di sebelah nya. "Silma biar saya yang urus, kalian lanjutkan makan malam nya."
Pemuda itu berdiri ikut turut mengajak Silma, yang hanya diam tak bersuara sedari tadi. "Silma baik-baik aja, gue pastikan itu!" ujar Darega pada Zeva.
Zeva mengangguk lesu, memeluk lengan mami nya. Setelah mereka berdua pergi, suasana masih sepi. Memandangi kepergian Silma, apa yang membuat gadis itu terdiam? Batin mereka bertanya-tanya.
"Lacak nomor yang nelepon Silma, setelah makan Jun!" titah Alvin, pada Julian seraya menyerahkan ponsel Silma. Yang tadi di ambilnya.
"Apa yang penelepon itu Bilang ya?" gumam Aditya.
Mereka semua mengendikkan bahunya, "Tenang, aja. Gue akan cari tahu secepat nya," timpal Julian.
"Makasih ya!" Zeva tersenyum haru, Silma orang baik. Ia sudah menganggap Silma seperti saudara nya sendiri.
"Santuy, Jeli. Silma juga temen kita, lo gak usah sedih gitu. Tambah jelek muka lo!" lontar Julian santai.
Zeva mendelik tajam pada kembaran nya itu, dia memang sudah bertemu dengan keluarga nya. Tapi Zeva tidak mau jika di panggil 'Jeliana' meski itu nama asli nya. Bukan nya apa, Zeva jadi merasa menjadi adik nya agar-agar. Untung nya kedua orang tuanya tak mempermasalah kan itu, yang terpenting anak gadis nya sudah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...