"Sekeras apapun aku bertahan, melawan penyakit ini. Jika takdir menggariskan aku untuk mati, aku bisa apa?"-Darega Agustio Nugraha
______________
"Darega mengidap penyakit katup jantung!"
Deg!
Bagai diserbu ribuan belati, Silma menggeleng tak percaya. Sakit rasanya jika memang benar, Darega menyembunyikan itu semua darinya. Selama ini Darega terlihat baik-baik saja. Meski Silma juga tidak bisa menyangkal, beberapa kali dia memang pernah melihat Darega meminum sesuatu. Jadi, Darega selama ini hidup bergantung pada obat? Tapi kenapa lelaki itu tidak pernah bilang ini pada Silma?
"Dia gak pernah bilang ini ke kamu, karena kamu bukan orang penting di hidupnya."
Tidak, tidak. Darega pasti punya alasan di balik semua ini, Silma yakin itu.
Gadis itu menoleh pada Adefta dengan air mata yang sudah membanjiri pipi Silma, terkekeh lirih. "Kamu bohong!" bantahnya.Adefta tersenyum smirk, "Kamu bisa tanyakan pada Darega."
Lelaki itu bangkit, mengusap air mata Silma. "Ayo masuk, angin malam sudah semakin dingin."
Adefta membantu Silma berdiri, lalu membawa infusan gadis itu. Sedang Silma hanya diam, sampai dia tiba di kamar inafnya pun, gadis itu masih terdiam.
---------
Hari ini adalah hari senin pertama di semester dua, semua anak-anak sekolah sudah mulai kembali masuk hari ini.
Julian, Alvin dan Aditya masih menunggu Darega datang. Sejak kemarin, cowo itu tidak bisa dihubungi entah kenapa. Bahkan Reynald, juga sama tidak bisa. Mungkin setelah pulang sekolah mereka akan pergi ke rumah Darega.
"Bang!" panggil Zeva sedikit berlari menghampiri ketiga cowo itu. "Silma gimana? Ada kabar tentang dia?"
Zeva menyugar rambutnya kebelakang, saat mendapat gelengan dari mereka bertiga. Dia khawatir, emosi, kemana Silma pergi.
"Silma baik-baik saja," ucap Alvin menenangkan kekasihnya.
"Iya, tapi sekarang Silma kemana Vin?!" sentak Zeva terlihat frustasi.
Julian yang melihatnya ikut prihatin, dia tahu kembarannya itu sangat sayang dengan Silma. "K-kita juga khawatir Je, sekarang Darega juga gak ada kabar,"
Zeva mengusap kasar wajahnya, dia menangis di pelukan Alvin. "Mereka kenapa sih sebenarnya?!"
"HEY KALIAN! CEPAT BARIS UPACARA!!"
Tersentak, mereka berempat menoleh pada Pak
Kosim yang berdiri tak jauh dari mereka dengan wajah memerah. Oh, jangan lupakan celurit di tangan pria itu yang membuat mereka meringis.Keempatnya saling pandang, memberi kode sesuatu. "KABURR!!!" seru mereka berempat serempak lari, bukan ke arah lapangan. Melainkan keluar gerbang.
"JULIANN!!!!"
"PUTAR BALIK KALIAN!!!"
teriakan menggelegar terdengar memekakan telinga. Mengapa hanya Julian yang di panggil? Karena Pak Kosim hanya mengenal salah satu murid nakalnya itu.
"DADAH PAK! SAYA IJIN BOLOS DULU YA PAK!!" seru Julian dia melambaikan tangan terlebih dahulu sebelum naik ke atas motor Aditya.
Mereka berempat memutuskan untuk menemui Darega di rumahnya. Saat sampai di depan gerbang rumah Darega, keempatnya berkerut bingung melihat pintu utama rumah Darega tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Takdir [Tamat]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------ "Gak semua cowok brengsek seperti yang Lo takutin!" Akibat permintaan dari gurunya yang mengakibatkan mereka jadi dekat. Baru saja ia bisa merasakan bahagianya Cinta. Namun, takdir mengubah semuanya. Ya, karena t...