LENTERA || 01

98.1K 5.7K 99
                                    

Di depan sana sudah terlihat bangunan megah dengan tulisan berwarna kuning yang sudah dipastikan terbuat dari emas murni.

Dengan langkah pelan Tera menuju ke bangunan itu dengan kedua tangan yang saling meremat tali tas ransel.

Sesampainya gadis itu masuk ke dalam gerbang, dengan jelas dia bisa melihat bangunan megah dengan tulisan besar berwarna kuning.

'GOLDESSTAR HIGH SCHOOL'

Ya. Bangunan megah itu adalah sekolah, sekolah yang akan menjadi tempat untuk Tera menimba ilmu selama tiga tahun ke depan.

Sekolah yang rata-rata muridnya memiliki otak yang cerdas dengan wajah yang terpahat sempurna.

Termasuk sekolah terkenal, terbaik, termahal dan paling banyak peminat di Jakarta. Kebanyakan yang sekolah di GHS adalah anak orang kaya, satu semester di GHS saja mampu merogoh kocek sekitar ratusan juta rupiah.

Apabila tidak punya uang maka bisa menggunakan otak. Seperti Tera contohnya, gadis itu bisa bersekolah disana karena mendapatkan beasiswa. Tetapi jika nilainya menurun maka akan diberi dua pilihan yaitu mau melanjutkan atau keluar tanpa adanya toleransi.

Jika Tera memilih melanjutkan maka harus membayar, tapi masalahnya Tera harus mendapatkan uang ratusan juta rupiah darimana? dan kalau memilih keluar maka Tera akan dikeluarkan dari sana dan tidak bisa bersekolah di sana lagi.

Tera berdecak kagum ketika melihat bagian luar sekolah. Baru bagian luarnya saja sudah berdecak kagum apalagi melihat bagian dalamnya?

Hari ini sekolah mengadakan MOS selama dua hari untuk para murid baru.

"Kak permisi, aku mau tanya kalau tempat buat MOS dimana yah kak?" tanya Tera sopan pada dua orang perempuan yang gadis itu tebak mereka adalah senior di sini.

Berhubung Tera tak tahu tempat diadakannya MOS Tera pun bertanya pada orang disekitarnya. Dengan berani Tera mendekat kepada dua orang perempuan memakai jas merah maroon lalu bertanya.

Namun mereka hanya diam, mereka berdua yang semula mengobrol seketika menatap Tera dari atas ke bawah lalu ke atas lagi seolah menilai.

Tera hanya tersenyum melihatnya.

"Lo bener yang mau ikut MOS?" tanyanya dengan tatapan memicing.

"Iya kak, aku mau ikut MOS." jawab Tera, memang benarkan Tera akan mingikutinya?

"Salah sekolah kali lo." ucapnya sarkas.

"Enggak kok kak, emang kenapa?"

"Tampilan lo gak mencerminkan sekolah mahal ini."

"Maksudnya?" tanya Tera tak paham.

"Lihat tampilan lo deh, iyuhhh banget nggak si." ucapnya meminta saran pada temannya.

"Iyaa ih buluk banget." sahut temannya.

"Udah lah lo pergi aja sana!" usir mereka.

"Tapi ka—" belum selesai Tera berucap mereka sudah mendorong gadis itu hingga terjatuh ke tanah.

"Udah sana pergi! Nanti kita ikut bulukan kayak lo!"

"Hush! Hush!"

"Iya kak, maaf bikin kakak berdua marah." ucap Tera meminta maaf, merasa tak enak hati telah membuat seniornya marah. Kemudian gadis itu berdiri seraya membersihkan debu yang menempel pada seragamnya.

Lalu Tera pergi dari hadapan mereka, padahalkan Tera cuma bertanya tempat diadakan MOS tapi mereka malah membahas tampilannya yang buluk.

Untungnya Tera melihat murid perempuan yang berpakaian seperti dirinya memakai seragam SMP, tak mau kehilangan jejak Tera pun segera mengikutinya.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang