LENTERA || 17

38.6K 3.1K 38
                                    

"Makasih pak," ucap Tera setelah menerima dua potong kecil melon yang dimasukkan ke dalam plastik.

Pedagang buah potong itu hanya tersenyum mengangguk kepadanya.

Dengan tangan yang membawa dua potong melon Tera pergi ke rumah Paman Sam. Untuk menjenguknya sekaligus untuk meminta doanya agar esok diberi kemudahan. Tera berharap keadaan Paman Sam hari ini membaik.

"Assalamualaikum Paman," tak lupa tangannya mengetuk pintu dengan pelan.

Cklek.

Pintu terbuka, memperlihatkan Paman Sam yang masih memakai pakaian berbahan tebal sama seperti kemarin.

"Waalaikumsalam, ayo masuk Ter." ajaknya Tera mengangguk.

"Duduk nak."

"Iya paman."

"Kamu hari ini gak usah jualan koran dulu yah," ujar Paman Sam memberitahu. "Kenapa? Kan aku beberapa hari ini udah nggak jualan." tanya Tera bingung, padahal hari ini dirinya sangat bersemangat sekali ingin berjualan koran lagi di jalan.

Paman Sam tersenyum, "Nggak papa, paman cuma mau kasih waktu buat kamu istirahat aja."

Tera mengangguk dengan mulutnya yang berbentuk huruf 'O'.

"Paman gimana kabarnya? Udah baikan kan? Obatnya diminumkan?" tanya Tera ingin tahu.

Paman Sam menggelengkan kepala seraya terkekeh, "Kamu ini, paman sudah sehat yah."

"Syukurlah kalau gitu paman."

"Oh iya paman, tadi aku beli buah di jalan. Ya walalupun buahnya cuma potongan sih," ucapnya dengan memberikan dua plastik berisi dua potong melon pada Paman Sam.

Paman Sam mengambilnya lalu menatap Tera, "Ini kamu beli?" keningnya yang berkerut kini semakin mengkerut.

"Iya paman beli masa minta. Itu buat paman."

Paman Sam menghela napas lalu menatapnya, "Seharusnya kamu nggak usah beli ini buat paman, paman tahu kamu saat ini lagi kesusahan ekonomi. Jadi jangan buang-buang uang lagi buat paman, lagi pula kemarin kan kamu sudah beliin obat buat paman. Paman makasih banget sama kamu yah nanti uangnya akan paman ganti secepatnya." kata Paman Sam.

"Tapi aku nggak buang-buang uang buat digunain yang nggak bermanfaat paman, aku cuma bantu paman aja. Apa sih paman ini, nggak usahlah paman berterima kasih apa lagi buat ganti. Asal paman tahu, paman udah aku anggap sebagai ayahku sendiri dan kemarin itu caraku untuk berbakti kepada paman."

"Nak, dan asal kamu tahu paman juga sudah menganggap kamu sebagai anak paman sendiri."

"Ya udah kalau paman anggap aku kaya anak paman sendiri, itu buah potongnya di makan jangan dipegang terus."

Paman Sam tersenyum lantas memberikan satu plastik kepadanya, "Makan kalau kamu anggap paman ini udah kaya ayahmu sendiri, makan." ucap Paman Sam menirukan ucapan Tera tadi.

"Aishh..." walaupun begitu Tera tetap mengambilnya lalu memakan satu potong melon itu.

Mereka berdua sama-sama terdiam dengan mulut yang memakan melon. Rasa melon itu tak manis tapi cukup menyegarkan saat sudah masuk ke dalam perut.

Tera menaruh plastik bekas tempat melon itu di atas meja begitupun Paman.

Gadis itu tiba-tiba teringat sesuatu, "Paman," panggilnya.

"Iya kenapa," jawab Paman Sam.

Tera mulai tersenyum malu-malu, "Jadi gini, besok kan aku mau ikut lomba terus aku mau minta doa dari Paman agar esok diberi kemudahan. Hehehe..." tangannya menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang