Tera menggeliatkan badan ketika merasakan samar-samar cahaya matahari masuk ke dalam retina matanya. Gadis itu kemudian mengerjap-ngerjapkan mata lalu membukanya dengan mata menyipit.
Gadis itu terdiam beberapa saat setelah sadar mengetahui saat ini dirinya bukan sedang berada di rumahnya.
"Oh... selamat pagi. Anak mamah sudah bangun ternyata, gimana tidurnya, nyenyak sayang?" tanya Rose dengan mendekatinya setelah berbalik badan.
Tera terduduk lalu menatap Rose bingung dengan muka bantalnya.
"Siapa? Ini aku dimana yah?" tanyanya.
Rose duduk di hadapannya kemudian kedua tangannya memegangi pipi Tera. "Sayang, saya ini mamah kamu, orang tua kandung kamu. Dan sekarang ini kamu sedang berada di dalam rumah baru kamu."
Tera seketika ingat jika semalam ada pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya, dia datang ingin menjemput dirinya pulang. Lalu Tera tak ingat lagi kejadian selanjutnya karena dia mengantuk dan tidur didekapannya.
Tera mengangguk-nganggukan kepala, "Mamah aku? Berarti istrinya papah dong?"
Rose terkekeh anggun lalu memeluk putrinya untuk yang pertama kalinya, "Jelas dong sayang."
Jantung gadis itu berdebar kencang saat Rose memeluknya. Tera tersenyum di kala pelukan itu, lain dengan Rose yang sudah meloloskan satu tetes air mata. Rose mengusap matanya yang sedikit basah, lalu melepaskan pelukannya.
Tangan Rose memegang bahunya, "Anak mamah habis ini mandi yah, nanti turun ke bawah kita sarapan bersama. Nanti ada pelayan yang akan kesini untuk bantu kamu, jangan khawatir tentang pakaian yah sayang."
"Mamah mau ke bawah dulu." pamit Rose kemudian mengecup kening Tera.
"Ah, iya mah." Rose tersenyum lalu berjalan keluar kamar Tera.
Selepas kepergian Rose tak lama kemudian datanglah dua wanita yang memakai seragam pelayan.
"Selamat pagi nona," sapa mereka bersamaan dengan badan yang membungkuk di hadapan Tera.
"Pagi," jawabnya kikuk lalu balas membungkuk dengan posisi masih duduk di atas kasur.
Dua pelayan itu yang baru saja menyadari sang nona balas membungkuk pun matanya langsung membulat terkejut.
Jika tuan dan nyonyanya tahu putri mereka balas membungkuk bisa bahaya. Pasalnya dalam keluarga Goldesst tidak boleh ada yang balas membungkuk pada pelayan atau pekerja yang ada di rumah ini. Bukannya apa-apa namun itu sudah tradisi turun-temurun dari keluarga Goldesst sejak lama. Tapi kalau balas tersenyum tidak apa-apa.
"Nona jangan seperti itu lagi yah." ucap Nina salah satu pelayan dengan sedikit cemas.
"Iya nona jangan seperti itu." sahut Hila satu pelayan lagi yang umurnya dua tahun lebih tua dari Nina.
"Kenapa? Aku salah yah." kata Tera dengan raut wajah menyesal.
Dengan spontan mereka menggelengkan kepala. Sepertinya mereka harus lebih sabar menghadapi tingkah polos putri satu-satunya tuan dan nyonya yang baru saja ditemukan.
"Sebelumnya perkenalkan nama saya Hila dan di samping saya Nina, nona jika ingin memanggil kami panggil saja dengan nama kami." tutur Hila dan Nina tersenyum mengangguk.
"Perkenalkan aku Tera, aku panggil kalian Mbak Nina dan Mbak Hila saja. Nggak sopan rasanya kalau aku manggil dengan nama padahal kalian lebih, maaf dewasa dari aku." Tera menggaruk pelipisnya tak enak.
Nina dan Hila kemudian saling bertatapan lalu tertawa kecil dengan kedua tangan yang menutup mulut. Tera menatap mereka berdua dengan bingung.
"Nona, tunggu sebentar kita akan menyiapkan air hangat dan keperluan mandi lainnya untuk nona mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...