Tiga minggu berlalu, Tera dan Devan sudah beberapa kali latihan untuk olimpiade. Dan satu bulan sudah Tera berada di sekolah ini.
Apa yang diucapkan Salma tentang Devan yang punya penyakit sariawan itu salah. Awal-awal latihan memang Devan itu irit bicara dan cuek, namun setelah latihan kedua ketiga dan keempat cowok itu semakin ramah dan tidak irit bicara lagi.
Dalam seminggu mereka bisa latihan dua kali atau satu kali tergantung jadwal kosong Devan, terkadang baik Salma maupun teman Devan kerap ikut menemani mereka latihan. Salma sangat berterima kasih kepada Tera karena berkat gadis itu dirinya bisa kerap bertemu dengan sang idola sekaligus bisa caper padanya.
Tera juga sudah mengenal teman-temen Devan walau masih risih dengan perilaku Arsen yang begitu menyebalkan. Romeo itu orangnya kalem dan Theo orangnya paling dingin sekalinya ngomong nylekit.
Tidak sedikit juga yang menggunjing Tera karena sering melihatnya berdekatan dengan Devan. Mereka kira Tera dan Devan sedang menjalin suatu hubungan, padahal kenyatannya cuma partner olimpiade saja. Tapi ya begitulah manusia selalu menyimpulkan masalah dengan cepat tanpa tahu itu benar atau tidak.
Saat ini Tera dan Devan sedang berada di perpus sekolah untuk melakukan latihan terakhir kali, sebab jadwal olimpiade yang seharusnya diadakan minggu depan malah dimajukan menjadi dua hari lagi.
"Tera, hari ini kita latihan untuk terakhir kali, pokoknya kita harus fokus dan serius." tegas Devan.
"Iya kak." ucap Tera dengan raut wajah yang benar-benar serius.
Devan tersenyum tipis dengan wajah menoleh ke samping, entahlah cowok itu tersenyum karena apa.
Tera dan Devan duduk berhadapan dengan beberapa tumpuk buku di atas meja. Tidak ada Salma maupun teman-teman Devan, di sini sekarang hanya ada Tera, Devan serta penjaga perpus.
Devan mulai menerangkan, kepala gadis itu mengangguk sesekali keningnya mengernyit bingung ketika ada yang tidak Tera pahami, dan seperti biasa Devan akan mengulanginya tapi lebih rinci dan suaranya semakin lembut.
Tangan Tera mulai menggoreskan pena pada buku, menulis materi-materi baru yang keluar dari mulut Devan.
Devan melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul empat sore.
"Latihannya sampai di sini aja yah, udah sore juga. Sebelum olimpiade lo pokoknya harus tidur yang cukup dan tepat waktu, jangan makan-makanan yang nggak sehat, jangan banyakan main sama si Salma dan jangan banyak pikiran." ucapnya panjang lebar.
Baru kali ini Devan berbicara panjang lebar atau katakan Devan cerewet hanya karena seorang adik kelas yang sedang menjadi partnernya.
Tera terkekeh mendengar kalimat Devan yang terkesan seperti ibu sedang mengomeli anaknya karena memakan banyak permen.
"Iya kak." balas Tera singkat, masih terkekeh membuat Devan yang melihat itu terkesiap.
Devan menggelengkan kepala lalu mulai merapikan buku-buku perpus dengan Tera yang ikut membantunya. Lelaki itu tak lama kemudian pergi dari perpus meninggalkan gadis itu sendirian tanpa mau mengajaknya untuk pulang bersama.
Tera duduk di halte sekolah menunggu bus datang, hari sudah sore dan sekolah sudah sepi.
"Kenapa saat gue di dekat lo gue merasa nyaman Tera? Kenapa? Rasanya aneh, bukan rasa cinta ataupun yang lainnya, tapi ini rasanya benar-benar aneh." ucap Devan dari dalam mobil, matanya menatap Tera yang sedang duduk di halte.
Satu bulan dekat dengan Tera, dirinya merasa ada sesuatu yang timbul di dalam hatinya.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...