LENTERA || 27

45K 3.8K 106
                                    

Malamnya Tera tidur bersama dengan Nicho dan Rose di kamar milik mereka berdua. Sebelum tidur mereka bercanda bersama dan menonton bersama terlebih dahulu, Rose dan Nicho melakukan itu semua agar semakin dekat dengan Tera.

Dan kini mereka sudah terlelap terutama Tera, Nicho dan Rose sama-sama memeluk Tera hangat yang berada di tengah-tengah mereka.

Jam sepuluh malam tiba Tera merasakan dadanya sesak, sulit untuk bernapas dan parahnya dirinya lupa tidak membawa inhaler. Tera melepaskan pelukan kedua orang tuanya lalu duduk dengan badan disenderkan di senderan ranjang, tangannya menepuk-nepuk dadanya sendiri berharap asmanya mereda.

Dalam tidurnya Nicho dan Rose terkejut ketika merasakan tangannya dilepas. Mereka berdua mendengar suara yang menyakitkan kemudian menatapnya. Rose membulatkan mata ketika melihat anaknya seperti itu lalu duduk di sampingnya, sedangkan Nicho langsung berlari menuju lemari mengambil sesuatu yang bisa meredakan asma putrinya itu.

Dirinya sudah tahu jika putrinya itu memiliki penyakit asma maka dari itu ia membeli beberapa pack berisi inhaler tapi belum diberikan padanya. Nicho lupa, kalau seandainya malam ini anaknya tidak tidur bersama entahlah Nicho tidak tahu nasibnya akan seperti apa.

"Tera kamu kenapa nak?" Rose dengan raut cemasnya bertanya.

"Se—sak." jawab Tera dengan terbata-bata.

Dengan cepat Nicho menghampirinya lalu membuka tutup inhaler kemudian memasukkannya ke dalam mulut Tera, sebelum menaruhnya Nicho sudah mengocok inhalernya terlebih dahulu. Setelah itu, Nicho menekan inhaler tersebut.

Beberapa menit kemudian asma Tera mereda, gadis itu bisa kembali bernapas seperti semula.

Rose menggeleng-gelengkan kepala melihat kejadian tadi, anaknya itu tarnyata memiliki penyakit asma?

Sepertinya Nicho juga telah mengetahuinya terlebih dahulu dan kenapa dia tak memberitahukan kepadanya?

"Asma?" tanya Rose lirih.

"Iya," jawab Tera dengan menunduk.

Nicho menatap Rose hangat setelah mengusap peluh keringat di dahi, "Iya, Tera punya penyakit asma sejak umur lima tahun." ujarnya membuat Tera terkejut ketika Nicho mengetahuinya.

Sebelum menjemput Tera, Nicho sudah membaca semua hal yang bersangkutan tentangnya dan lagi-lagi Nicho harus menerima kenyataan yang pahit.

"Mamah sama papah malu kan, punya anak kaya aku?" entah keberanian darimana Tera bisa berucap seperti itu, jujur Nicho terkejut setengah mati mendengarnya.

Rose menggelengkan kepala, bukannya ia malu memiliki anak seperti Tera tapi ia masih butuh waktu untuk menerima kenyataan ini semua.

Rose menangkup wajah Tera lalu mengecup pipinya, "Mamah nggak malu punya anak kaya Tera, mamah malah senang punya anak kaya kamu karena kamu itu istimewa." jelasnya, namun dalam lubuk hati Tera yang paling dalam kenapa rasa sakit tiba-tiba saja melingkupinya?

"Papah juga nggak malu punya anak kaya kamu, karena kamu itu anugerah yang Tuhan kasih kepada kami." Nicho menyahuti dengan mengacak-acak rambut Tera.

Tera tersenyum.

Kemudian mereka saling berpelukan, dalam hati Rose meminta kepada Tuhan agar cukup itu saja yang harus ia terima, jangan ada lagi.

Nicho juga meminta kepada Tuhan supaya seluruh anggota keluarga Goldesst bisa menerima Tera apa adanya.

•••

"Tera ternyata adik kandung gue." pernyataan yang keluar dari mulut Devan membuat ketiga temannya itu sontak menghentikan aktivitasnya.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang