LENTERA || 18

37.6K 3.2K 107
                                    

Kini Tera sudah memakai dress di atas lutut, bahu yang terbuka dan cukup ketat sehingga mencetak bagian tubuhnya. Sungguh Tera tidak nyaman. Rambutnya juga sudah ditata sampai leher jenjang putihnya nampak. Kakinya memakai high heels berwarna hitam. Tera yang baru pertama kali memakai itu pun seringkali terjatuh.

Benar-benar penampilannya sekarang ini sudah seperti perempuan murahan.

Rasanya Tera ingin menangis sekarang juga.

"Ayo masuk." suara Yuda terdengar saat mereka sudah di depan tempat tujuan.

Dan mereka bertiga pun masuk ke dalam club yang terkenal di Jakarta. Sesampainya masuk ke dalam dengan langkah Tera yang jatuh bangun, Tera pun dapat melihat betapa gemerlapnya tempat ini, banyak orang yang duduk sambil meminum dan ada juga yang sedang menari.

Bau tempat ini benar-benar membuat kepalanya seketika pusing. Baru pertama kalinya gadis itu menginjakkan kakinya di tempat ini. Salah satu tempat yang paling dihindari olehnya yaitu ini, namun sekarang Tera malah berada di sini. Harga dirinya terasa direndahkan saat tatapan pria di sini menatap tubuhnya.

Tak pernah terbayangkan di usianya yang ke lima belas tahun hidupnya akan berpindah di tangan orang lain.

Tera akan dijual. Dan sebentar lagi itu akan terjadi.

"Selamat malam Pak Bima." sapa Yuda pada pria besetelan jas yang duduk di sofa dengan empat bodyguard yang berdiri berjejer di belakang tempat duduknya.

"Selamat malam." itu suara Risa.

"Selamat malam juga Pak Yuda dan Bu Risa, akhirnya kalian datang juga." balasnya.

"Maaf pak, tadi di jalan macet." ucap Yuda dengan nada yang pura-pura merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, silahkan duduk."

"Baik."

"Mau minum dulu atau langsung saja?" tanya Pak Bima, matanya melirik kearah Tera.

Tera sendiri hanya menunduk dengan jari tangannya yang saling tertaut, tangannya sering kali menurunkun dress yang Tera pakai. Pasalnya saat Tera duduk dress itu semakin memperlihatkan pahanya.

"Langsung saja pak, habis ini saya masih ada urusan soalnya." balas Yuda lalu tersenyum.

Pak Bima menganggukan kepala, "Jadi dia yang akan dijual?" tanyanya dengan menunjuk kearah Tera.

"Betul pak, dia yang akan dibeli oleh anda."

"Barang yang indah." ucap Pak Bima dengan senyum menyebalkan.

"Apakah harga yang kemarin saya minta sepadan dengan apa yang akan anda terima?"

"Nanti anda akan saya kasih lebih jangan khawatir, karena barang ini sungguh memuaskan."

"Bapak bisa saja," Yuda terkekeh pelan.

Tera menangis dalam diam mendengar pembicaraan mereka. Rasanya sakit! Ketika ayahnya sendiri menjualnya kepada seorang pria dengan meminta bayaran yang tidak sedikit.

Mungkin ayahnya itu menganggap dirinya ini adalah barang yang bisa dibeli oleh orang, bukan anaknya yang harus dibesarkan dengan penuh kasih sayang.

Pria itu yang bernama Bima menulis pada selembar kertas panjang lalu memberikannya pada Yuda. Yuda menerimanya dengan raut wajah yang sangat kentara dengan bahagia.

Transaksi ini berjalan dengan lancar.

"Senang bekerja sama dengan anda Pak Bima."

"Senang juga bisa bekerja sama dengan anda Pak Yuda. Jual beli ini sungguh sangat luar biasa."

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang