Brak!
Seseorang mendobrak pintu itu hingga menimbulkan suara kencang, setelah pintu terbuka langsung saja menampilkan beberapa orang berbeda wajah dan bentuk.
Langkah yang tergesa-gesa membawa mereka ke arah seorang gadis, ia tengah berbaring di brankar dengan berpakaian biru dan matanya terpejam, tangan gadis itu yang tersambung dengan selang infus semakin menimbulkan kekhawatiran.
"Sayang," lirih Rose dengan menggenggam tangan putrinya sesekali mengecupnya. Nicho sang suami turut mengelus punggung Rose menenangkan.
"Bangun yuk." ucap Lorenz dengan perasaan yang sudah campur aduk.
"Ini si Juan kemana?" tanya Brandon dengan matanya yang menelusuri tiap jengkal di ruangan ini.
Mereka berada di ruangan ini karena informasi dari Juan, cowok itu mengirim pesan ke grup keluarga bahwa Tera tertusuk dan akan dilarikan ke rumah sakit milik keluarga.
Masing-masing anggota Goldest yang membaca pesan tersebut sontak saja datang ke rumah sakit dengan terburu-buru dan merasa khawatir saat di perjalanan.
Tidak semuanya juga yang datang, sore ini di ruangan Tera yang datang ada Rose dan Nicho pastinya, lalu Lorenz, Brandon, Jean, Karnet, Bryn, Devan terakhir Vernon. Mereka datang dengan meninggalkan segala urusannya dan itu semua hanya karena Tera seorang.
Yang lain mungkin akan datang nanti malam atau beberapa jam lagi. Tunggu saja kedatangan ibu-ibu komplek.
Dan sekarang Juan tidak ditemukan dalam ruangan Tera, dengan teganya dia meninggalkan Tera tanpa penjaga di dalam ruangan.
"Lahhh udah sampai?" tanya Juan di ambang pintu saat melihat setengah dari keluarga besar Goldesst sudah datang.
Mereka yang berada di dalam ruangan itu sontak menatap ke arah suara. Kecuali Rose, Bryn dan Devan tidak mengernyitkan dahinya bingung melihat seorang gadis asing di samping Juan.
"Kenapa Tera ditinggal Juan?" sambut Lorenz untuk kedatang Juan dengan memberikan pertanyaan diiringi tatapan tajam.
Juan meneguk saliva, cowok itu melirik ke seorang gadis di sampingnya dengan tatapan sebal.
"Gara-gara dia nih! Mau ke kantin rumah sakit katanya lapar terus habis itu nggak berani sendirian minta ditemenin. Dasar modus huh!"
Juan menjawab dengan menunjuk gadis di sampingnya dengan dengusan di akhir. Gadis itu sendiri langsung melebarkan matanya, berdusta sekali.
"Heh bukan gue yang lapar tapi lo! Lo minta ditemenin gue, katanya bosen di sini nunggu Tera bangun dan lebih milih ke kantin. Dan terakhir gue nggak modus, tapi lo— lo itu tadi pegang-pegang tangan gue." balas gadis itu tak mau kalah.
"Berdusta sekali kau Salma! Lo itu— ah! Gara-gara lo gue harus ninggalin Tera sendirian."
Orang yang mendengar itu bingung ingin mendengar ucapan Juan si anggota keluarga Goldesst atau Salma si asing di mata mereka.
"Wah! Wah! Ngajak ribut lo yah! Dari tadi gue aja terus yang disalahin."
"Emang gara-gara lo!"
"Lo!"
"Lo!"
Mereka berdua terus saja beradu hingga akhirnya—
"STOP IT!" Nicho berteriak dengan wajah menahan kesal. Rose yang berada didekatnya menggelengkan kepala.
Di saat putrinya sedang terbaring lemah di brankar dengan pakaian lengkap berwarna biru, masih ada saja yang mengganggu ketenangannya.
"Salma Juan tolong jangan ribut yah, Teranya lagi sakit." tutur Rose memberi pengertian dengan suara yang halus.

KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Fiksi RemajaLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...