"Unyu-unyu banget pinnya ya Ter," ucap Salma dengan menoel-noel pin penghargaan milik Tera di tangannya yang baru saja diambil dari Bu Rina.
Pin itu bukan sembarang pin. Hanya murid yang bisa mengharumkan nama sekolahlah yang berhak memiliki pin itu. Warna pin itu silver berkilauan dengan satu permata berlian yang berada di tengah pin.
Pipi Tera pun sudah membaik setelah hari kelima, gadis itu sekarang sudah cantik lagi. Tidak ada yang mengolok-ngoloknya lagi, bahkan gadis itu sudah dipuja kembali karena kecantikannya.
"Iya Sal lucu banget pinnya," balas Tera, menatap pin miliknya di tangan Salma dengan tatapan haru. Tera tidak menyangka akan mendapatkan pin seperti itu.
"Mahal ini nih pinnya, kalau dijual bisa dapat baju Dior ini mah." Salma rasanya ingin mengantongi saja pin Tera.
Tera memiringkan kepala menghadap Salma, gadis itu menggaruk pipinya. "Baju Dior itu apa Sal? Orang yang buat namanya Dior gitu makannya nama baju itu baju Dior yah," tanya gadis itu polos.
Salma tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, memutar bola matanya jengah. Jengah menghadapi jiwa kemiskinan Tera.
Tuk.
Salma mengetuk kening gadis itu menggunakan pin.
"Aws.." ringis Tera mengusap pelan keningnya.
"Dior itu nama merek kampret!" jawab Salma matanya melotot dengan penekanan di setiap kata.
Tera menganggukan kepalanya berkali-kali dengan mulut membulat.
Salma menghela napas panjang. "Sini gue pakein pin ini di jas lo."
Dengan senang hati Tera pun mengangguk, tersenyum hingga deretan gigi putihnya itu nampak.
Bruk!
"Asu! Siapa tadi yang nabrak bahu gue?!"
Saat Salma ingin memakaikan pin itu tiba-tiba saja ada yang menabrak bahunya dari belakang, otomatis pin yang sedang dipegangnya itu pun jatuh hingga mengenai ujung sepatu pentofel seorang siswi.
"Gue."
Salma dan Tera secara bersamaan menatap asal suara itu. Ekspresi Salma langsung terkejut sedangkan Tera tersenyum hangat pada mereka, bahkan gadis itu sudah menunduk sopan.
Mudah sekali bagi Tera untuk membedakan mana seniornya dan mana seangkatannya. Untuk membedakannya itu gampang hanya dengan melihat jasnya saja sudah tahu. Kelas 10 memakai jas berwarna biru tua, kelas 11 memakai jas berwarna merah maroon dan kelas 12 memakai jas berwarna kuning keemasan. Mudah sekali bukan untuk membedakannya?
Dan saat ini yang di depan mereka adalah tiga siswi dengan jas kuning keemasan.
"Bahaya Ter," bisik Salma. Dahi Tera langsung mengernyit bingung.
"Owhh apa ini," ucap salah satu dari mereka bertiga dengan name tag Tesarah Culart, gadis itu berjongkok dengan tangannya yang mengambil pin pada ujung sepatunya.
"Pin ternyata," Tesa tersenyum penuh makna pada Jessi dan Bella kedua temannya.
"Punya siapa yah?" tanya Tesa memutar-mutar pin itu.
"Itu pin punya aku kak," jawab Tera, menatap hangat mereka.
"Sasaran kita tuh." bisik Bella yang berada di tengah-tengah temannya, telinga Salma yang tajam mampu menangkap bisikan itu, gadis itu mulai was-was.
"Tes, gue pinjem dong pengin lihat detail pin itu. Lo tahukan gue pengin banget pin penghargaan itu dari dulu?" kata Jessi.
"Tangkap," Tesa melempar pin itu pada Jessi yang dengan sigap gadis itu tangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...