Gadis itu masih terdiam, keterkejutannya semakin menjadi kala patung itu terus bernapas selang beberapa detik seperti manusia.
Sebenarnya di dalam lemari kaca itu patung asli atau memang Ayahnya? Kalau memang benar patung asli mengapa bisa bernapas? Dan kalau memang itu Ayahnya kenapa ada di rumah Juna dan berada di dalam lemari kaca?
Tera pusing.
Beberapa menit kemudian Tera mendekat ke arah lemari kaca itu setelah menghilangkan rasa takutannya.
Gadis itu meneguk saliva, jantungnya berdetak kencang dan udara di ruangan ini entah kenapa berubah menjadi panas dan pengap. Tangannya kemudian menempel di lemari kaca lalu matanya mulai meneliti patung yang mirip Ayahnya itu kembali.
Matanya tiba-tiba memanas kala meneliti patung dengan kondisi menyeramkan seperti itu.
"Ini Ayah aku? Jika benar tolong katakan sesuatu hikss..." pinta gadis itu penuh harap.
Patung itu hanya diam namun masih bernapas.
"Ayah,"
"Sedang apa kamu?" suara tiba-tiba muncul mengagetkan dirinya.
"Sedang apa saya tanya?" ulang orang itu, kali ini terdengar menuntut.
Sebelum berbalik badan, Tera mengusap matanya yang berair. Dengan pelan Tera berbalik dan terlihat Juna yang dilihat dari matanya lelaki itu tengah menahan emosi.
"Kenapa menangis?" nadanya perlahan melembut, Tera menggeleng.
Kemudian jari telunjuk Tera menunjuk ke belakang, lebih tepatnya menunjuk patung tadi. "Patung itu Ay-"
"Kakakmu sudah berada di depan mau menjemput kamu pulang Tera." potong Juna.
Mengingat pulang, Tera menepuk keningnya lupa. Gara-gara Juna dirinya sampai saat ini belum pulang dan bisa dipastikan orang rumah khawatir.
Dan gara-gara itu Tera seketika lupa untuk menanyakan tentang patung berbentuk sang ayah.
Juna menghampiri, "Jangan menepuk keningmu lagi okey, nanti kening kamu bisa bertambah lebar." ujarnya asal seraya mengelus kening gadis itu yang tadi ditepuk.
Tera terdiam saat Juna lagi-lagi menyentuh kulitnya, rasanya sekujur tubuh gadis itu berhenti bekerja dan ada getaran aneh yang menjalar ke otaknya.
"Mau pulang atau menginap di sini saja sama saya?" sontak saja Tera menggeleng keras.
"Aku pulang Kak Juna." putus gadis itu lalu berlari pergi.
"Hey sayang tunggu! Kamu bisa saja dikejar oleh anjing tadi dan kamu tidak tahu jalan keluarnya!" teriak Juna kemudian terkekeh seraya menggelengkan kepala.
Lelaki itu sedikit berbalik badan lalu tersenyum smirk pada patung hasil eksperimennya itu.
•••
Pintu utama rumah Juna tiba-tiba saja terbuka membuat sebagian orang yang berada di luar tersenyum siap untuk memaki.
Sudah lebih dari setengah jam mereka berdelapan menunggu pintu itu terbuka dan setelah terbuka pintunya, pemandangan Juna yang tengah merangkul Tera dengan wajah damainya semakin membuat mereka kesal.
"Ada perlu?" Juna menaikkan alisnya dengan tangan yang melingkar di leher Tera.
"Bacot anjir." umpat Juan sudah sangat kesal.
"Baby girl sini." Lorenz mendekat pada Tera ingin menarik tangannya, namun Juna dengan cepat menarik dahulu tangan Tera hingga dia berada di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...