Di luar hujan masih turun dengan deras membuat gadis itu yang tengah tertidur semakin merapatkan tubuhnya pada selimut. Sesekali dia terbangun kala mendengar suara petir lalu ia memejamkan mata kembali untuk tidur.
Mata gadis itu sayup-sayup terbuka saat lagi-lagi petir terdengar di telinganya, dia duduk lalu tangannya mengambil minum yang berada di atas nakas. Saat dirasa gelas itu sudah berada di tangannya, Tera mendekatkan gelas itu pada mulutnya namun terhenti karena ternyata gelas itu kosong.
Saat ini dirinya haus, tenggorokannya terasa kering juga panas, namun gelas itu kosong. Mau tak mau pun dirinya harus pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Dengan langkah pelannya Tera berjalan turun ke dapur, kakinya dengan hati-hati menuruni anak tangga yang dilapisi karpet. Suasana rumah ini begitu senyap dengan lampu yang telah berubah redup dan jangan lupakan suara jam yang menggema.
"Dapur di sebelah mana yah? Kok aku lupa," gadis itu menggaruk pipinya bingung, langkahnya terhenti di ujung tangga.
Kemudian setelah ingat gadis itu berjalan kembali, terkadang Tera mengelus belakang lehernya saat terasa panas.
Tera masuk ke dalam area dapur lalu segera mengambil minum, saat dirinya tengah minum terdengar langkah kaki seseorang yang semakin jelas di telinganya.
Gadis itu kemudian berbalik badan.
"Dikira hantu pas balik badan ternyata orang." Ersa bernapas lega.
"Ngapain sih malem-malem begini ke dapur, mana pake dress putih lagi sama rambut digerai, bikin suasana jadi horor aja." kata Ersa.
"Aku haus Kak Ersa mau minum." balas Tera menyunggingkan senyum.
"Nggak takut apa ke dapur sendirian, ini lagi hujan deras loh ada petirnya juga." heran Ersa.
"Sedikit." ucap gadis itu tersenyum tipis.
"Eum... Kak Ersa aku balik ke kamar lagi yah." ujar Tera karena dirinya sudah selesai minum dan kantuk pun kembali menyerang.
Ersa yang berjalan menuju lemari hendak membuat coklat panas pun menggelengkan kepala. "Nanti dulu, kamu duduk aja sana." perintahnya.
"Iya kak." balas Tera menurut lalu duduk di kursi dengan sesekali tangannya mengambil buah anggur hijau di meja.
"Mau dibuatin coklat panas nggak?" tawar Ersa tiba-tiba.
"Emang boleh?"
Ersa memutar bola matanya malas, "Kalau orang nawarin pasti boleh tapi balik lagi ke orangnya mau apa nggak." ujar Ersa berbelit-belit.
Tera mengangguk-anggukan kepala, "Terus kalau aku mau kakak mau buatin?" tanyannya.
"Ogah lah, emang gue babu apa." jawab Ersa ketus.
"Ya udah gak papa."
Ersa tertawa dalam hati merasa senang menjahili Tera yang begitu menerima tanpa perlawanan tidak seperti Devan dan Bryn yang langsung membalas.
Satu tangan gadis itu ia letakkan di atas meja untuk bantalan dan yang satunya ia gunakan untuk mengambil buah anggur kemudian Tera kembali memakan buah itu dengan mata sesekali terpejam.
Ersa yang melihat itu lantas tersenyum, demi menuruti perintahnya agar tetap di sini menunggu dirinya Tera jadi seperti itu. Dengan langkah lebar lelaki itu menghampiri Tera lalu menepuk pundaknya.
"Bangun wey,"
Tera mengerjapkan mata lalu menatap Ersa, "Hah kenapa?"
Ersa meraup wajah Tera lalu tangannya bergerak seperti membuang sesuatu, "Biar kantuknya ilang," dalam kantuknya Tera mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Dla nastolatkówLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...