"Lo tanya gue kenapa?" kepala Tera mengangguk beberapa kali sebagai jawaban.
"Gini deh, kalo lo yang diposisi gue gimana? Ketika nilai pertama ulangan matematika lo nilainya itu rendah, dua puluh nilainya! Dan cuma lo satu-satunya yang nilainya rendah, temen sekelas nilainya gak rendah, gimana? Rasanya gimana?" lontar Salma.
"Rasanya malu! Malu! Gue malu ntar jadi bahan omongan anak sini, malu nilai gue dilihat sama orang lain, malu muka gue ada di sana, di samping nilai sialan itu. Malu saat orang tua gue lihat nilai itu. Gue maluuu!" sambungnya.
"Gue juga kesel Ter! Keselll! Kesel karena baru awal pertemuan udah ulangan aja njirr!"
Kemudian gadis itu menelungkupkan kepalanya pada meja. Mereka sudah di dalam kelas, berhubung bel istirahat telah berbunyi otomatis seisi kelas berlarian menuju kantin, akhirnya kelas pun kosong dan kini hanya Tera dan Salma yang berada di dalam kelas.
"Salma kamu gak boleh sedih yah, tadi itu baru ulangan pertama, nanti di ulangan-ulangan berikutnya kamu bisa kok dapat nilai yang lebih baik lagi. Aku yakin itu." ucap Tera semberi menepuk-nepuk kecil bahu Salma.
Salma mengangkat kepalanya lalu menatap Tera. "Andaikan saja guru kumis itu ngadain ulangannya gak dadakan, pasti gue bakal dapat nilai bagus Ter." ucapnya penuh keyakinan.
"Tapi ya Sal, menurut aku soal tadi gampang tau." ucap Tera enteng.
"Gue percaya, buktinya lo dapat nilai hampir sempurna. Seharusnya gue tetap duduk sama lo Ter, lah tadi gue disuruh duduk sama si Sindi..." ucap Salma.
"Anaknya kaya anjing seanjingnya dahh."
"Kamu gak boleh kaya gitu sama teman sekelas kita," ujar Tera.
"Gue sih moh, punya temen kek dia. Baru gue lirik aja matanya udah sinis banget."
"Jangan kaya gitu gak baik."
"Lahh e—"
"Oh ini yang nilai ulangan matematika-nya dapat dua puluh?"
"Bikin malu kelas kita ajah!"
"Mukanya lumayan sih, tapi goblok gak bisa matematika!"
"Kenapa bisa masuk sekolah sini sih?"
Ucapan Salma terpotong oleh beberapa gelintir anak yang baru masuk ke dalam kelas seraya membicarakannya.
Salma bangkit lalu berjalan menuju mereka yang masih berdiri di depan papan tulis.
"Lo ngomongin gue ya b*ngs*t?" tanya Salma tak sabaran.
"Upss, ternyata orangnya denger nih." ucap Ayrin teman sekelasnya dengan tangan yang menutup mulut, seolah terkejut.
"Eh iya nih," sahut Yana.
"Kita tuh gak kenal yah, ngapain lo pada ngomongin guee?" tanya Salma sarkas.
"Mohon maap nih yah, siapa suruh situ bikin malu kelas kita ajah. Baru pertama ulangan matematika aja udah dapat dua puluh, gimana nanti ulangan-ulangan berikutnya?" jawab Ayrin.
"Kalo gue jadi lo sih udah malu pake banget. Nilainya aja ditempel di tiap mading, mana ada mukanya lagi. Pasti orang akan langsung kenal." ujar Fina.
"Coba aja deh lo keluar dari kelas, pasti baru beberapa langkah keluar telinga lo udah panas duluan." kata Lisa lalu terkekeh.
"Paling juga nilai lo gak jauh lebih buruk dari nilai gue." balas Salma.
Ayrin, Fina, Yana dan Lisa lantas melotot kaget.
"Berapa sih nilai lo? Sampe-sampe ngomongin nilai gue." tanya Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...