Tera menoleh ke arah suara itu.
"Bagus yah! Bagus banget kamu pulangnya malam! Kenapa nggak sekalian aja kamu nggak usah pulang hah!?" ujar Yuda dengan sarkas.
"Bukan gitu yah, aku pulang malam karena habis kerja." balas Tera seadanya.
"Ohh... Terus uangnya mana?!" tanya Yuda.
Tera diam, kalau sudah begini pasti ayahnya akan meminta uang kepadanya. Tera tidak tahu Yuda menggunakan uang itu untuk apa.
"Mana?!"
Tera hanya diam menatapnya saja tak membalas pertanyaannya.
Yuda yang melihat Tera hanya diam saja, lantas mangambil tas Tera lalu mengobrak-abrik isi tasnya.
Setelah apa yang ia dapat, dia mengambilnya lalu membentangkan uang tersebut di depan wajah Tera.
"Hahaha..." Yuda tertawa remeh setelah mendapat uang milik Tera.
"Uang cuma segini saja kamu mau umpetin dari saya hah!" bentak Yuda.
"Buat beli rokok saja masih kurang, haduhh..." tambahnya. Setelahnya itu dia memasukkan uang tersebut ke dalam saku celananya.
"Ayah jangan ambil uang aku." ucap Tera namun Yuda hanya menatapnya saja.
"Ayah mau kemana?" tanya Tera, sebab dia berjalan ke arah pintu.
Yuda tak menjawab, dia masih terus berjalan ke arah pintu, lalu—
Brakk...
Yuda menutup pintu menggunakan kakinya, menimbulkan suara yang cukup keras. Mungkin tetangga yang sedang beristirahat masih bisa mendengarnya.
Tera mengambil tasnya yang jatuh di lantai lalu mengecek isinya, hanya handphone satu-satunya benda yang ada di dalamnya.
Besok pagi sepertinya Tera harus menahan lapar, pasalnya uang tadi yang seharusnya untuk makan esok hari diambil semua oleh Yuda.
Menghela napas.
Membuka tudung saji lantas Tera tersenyum, isinya kosong hanya tersisa piring yang digunakan untuk menaruh makanan tadi.
Perutnya sejak sore tadi berbunyi dan Tera berniat makan di rumah, tapi makanannya sudah habis.
Hmm...
Tapi tak apa, setidaknya ayahnya sudah makan masakannya yang Tera buat, itu saja sudah membuat Tera senang.
Gadis itu memilih meminum air sebanyak dua gelas lalu bersiap-siap untuk tidur, mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah.
Biasanya Tera akan belajar di saat malam menjelang pagi, bukan biasanya sih, tetapi sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.
•••
"Tera," Salma memanggilnya.
"Iya." balas Tera dengan menghadap ke arah Salma.
"Gue mau ingetin lo nih ya, lo kudu dengerin baik-baik okeey..." katanya.
"Emang kamu mau ingetin apa?" tanya Tera bingung.
"Udah, intinya lo dengerin aja udah." ucapnya dan Tera segera mengangguk.
"Jadi gini," Tera mulai menyimaknya.
"Di sini tuh ada yang namanya geng bully gitu, terus—" nadanya mulai memelan.
"Intinya lo hati-hati aja sama mereka, karena yang gue tau mereka tuh suka bully anak beasiswa. Dan lo anak besiswa kan," Tera mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...