LENTERA || 12

43.6K 3.7K 67
                                    

Bu Bitis

Ter, nanti sehabis pulang sekolah ke rumah ibu yah. Ada banyak pesanan yang harus kamu antarkan nanti.
11.10

"Iya bu." balasnya dalam hati. Itu sms Bu Bitis dari beberapa jam yang lalu, yang baru Tera buka setelah sampai rumah. Tidak berniat untuk membalas sms-nya karena pulsanya tidak memadai, maafkan Tera bu.

Hanya memerlukan waktu setengah jam saja untuk Tera bersiap-siap pergi ke rumah Bu Bitis.

Tera tersenyum kala melihat seorang ayah yang tengah menggendong anak perempuan di bahunya, lalu si ayah memutar-mutarkan badan membuat anak perempuannya tertawa keras.

Terlihat si anak bahagia sekali, terbesit rasa iri dibenaknya ingin rasanya memutar ulang waktu agar dirinya bisa merasakan seperti apa yang dirasakannya.

"Assalamualaikum bu," salamnya pada Bu Bitis yang sedang duduk di teras dengan Ana dipangkuannya yang tertidur, di bawah sudah ada beberapa tumpuk nasi kotak.

"Waalaikumsalam." jawabnya, lalu membalas sapaan senyum Tera.

"Ini yah nasi kotaknya yang harus kamu antar hari ini,"

"Iya bu." lumayan banyak juga nasi kotak yang harus Tera antar hari ini, ada empat tumpuk nasi yang satu tumpuknya terdapat sembilan nasi kotak.

"Hari ini kamu antar ke satu tempat saja Ter, jadi gak kaya biasanya yang diantar ke banyak tempat." Tera mengangguk patuh.

"Antar kemana yah bu?"

"Ke-mana yah, ibu lupa Ter. Bentar bentar, emm... jalan bulan lihat atau lihat bulan yah nama jalannya."

Bu Bitis menjentikkan jarinya, Tera kaget dengan memegangi dadanya, "Nah ibu ingat nih. Jalan see moon rumah no 105 Ter." ucapnya bangga karena telah berhasil mengingat.

Tera heran, tadi dirinya dengar Bu Bitis mengingat nama jalan lihat bulan dan bulan lihat. Tapi kenapa pada akhirnya dia malah mengatakan jalan See moon? Apa itu terjemahan dari bulan lihat atau lihat bulan?

Tera tersenyum kaku, "Aku kok baru dengar yah bu nama jalannya."

"Ibu juga baru denger, kata orang sih itu jalan yang baru dibuka dan di rumah no 105 lagi ngadain syukuran gitu." jelasnya.

"Oh gitu yah bu."

"Iya oh. Jalannya agak jauh tapi Ter, kamu gak papa kan?"

"Gak papa dong bu."

"Siip, nanti kalau udah ibu beliin kamu nasi padang okee..." Bu Bitis mengacungkan jari jempolnya padaku.

"Gak usah bu," tolak Tera merasa berlebihan. "Iya tenang nanti rendangnya minta banyakin." balasnya tidak nyambung.

"Bu gak usah." tolak Tera lagi. "Apa? Iya nanti beli dua." Tera yakin kalau dirinya menolaknya lagi, pasti Bu Bitis akan semakin menambah porsinya. Dan itu trik Bu Bitis agar Tera mau menerimanya.

"Bu aku pergi dulu, biar nyampenya gak kesorean." pamit Tera, tidak mau menolak lagi.

Bu Bitis tersenyum menang, "Iya sana, lebih tepatnya biar makan nasi padangnya gak kelamaan yah Ter." ledek Bu Bitis.

Muka Tera berubah masam mendengar ledekan Bu Bitis, "Ihh ibu mah." ucap Tera lalu mengambil beberapa tumpuk nasi kotak.

Bu Bitis tertawa melihat mukanya, dan tawanya itu berhasil membuat Ana terbangun lalu menangis.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang