LENTERA || 21

39.9K 3.3K 165
                                    

Semua itu belum berakhir. Setelah menempelkan setrika panas itu pada pipi gadis itu, Yuda masih terus menyiksanya. Pipi Tera dibuat melepuh olehnya.

Yuda melepaskan sabuknya lantas ia menggunakan benda itu untuk mencambuk kaki Tera yang masih terbalut dengan kaos kaki berwarna putih.

Ctarr.

"Argh.."

Ctarr.

"SAKIT!!"

Ctarr.

"Ayah berhenti! Ini sungguh sakit!"

Kakinya bergetar hebat!

Ayahnya sudah gila!

Ayahnya kejam!

Kini kaos kaki warna putih itu sudah berganti warna menjadi warna merah.

Kaki gadis itu sudah seperti mati rasa dibuatnya.

Tera tahu ayahnya marah karena dirinya pergi malam itu, tapi tidak seperti ini juga tindakan ayahnya kepada Tera.

Ctarr.

"Hiks... hiks... a— yah." Tera menatapnya dengan memohon agar berhenti. Sungguh ini rasanya benar-benar sakit, mungkin esok Tera akan menjadi seperti Paman Sam yang lumpuh.

"Nah gini kan enak dilihat, kamu semakin cantik!" Yuda tersenyum puas.

"Ayah kenapa melakukan ini padaku?" tanya Tera dengan sesengukan.

"Ngomong-ngomong saya ini bukan ayah kamu. Jadi berhenti panggil saya dengan sebutan ayah!"

Lelucon macam apalagi ini?

"Kalau aku salah aku minta maaf. Aku nggak mau dengar ayah bicara itu lagi."

"Memang itu faktanya! Kamu bukan anak saya! Kalau bukan istri saya yang nemuin kamu, mungkin kamu sudah MATI!" ucap Yuda dengan nada tinggi, menekan kata terakhir dengan muka yang menginginkan Tera tiada.

Dengan tangan yang meremas jas, Tera menggeleng tegas. "Nggak ayah bohong, ayah itu ayahku."

Plak.

"Aws..."

Yuda menampar lagi pipi Tera yang sudah melepuh. Gadis itu menunduk lemas, badannya sudah disenderkan pada dinding di belakang. Napasnya mulai tersenggal-senggal.

"Harus berapa lama lagi saya ngomong kalau kamu itu bukan anak saya hah!"

"Enggak! Ayah itu ayahku. Ayah aku. Ayah aku. Cinta pertamaku. Aku ini anakmu." disela tangisannya Tera tersenyum pada Yuda.

Yuda meremas rambutnya terlihat frustasi.

"Sini ikut saya!" Yuda mengambil lengannya lalu menyeret badan gadis itu.

"Ayah badanku sakit jangan seperti ini."

Yuda tak menggubris ucapan Tera, ia terus menyeretnya hingga sampai ke kamar mandi.

Bruk!

Yuda melempar badannya begitu saja hingga kepalanya terhantuk lantai kamar mandi.

Byur...

Byur...

Byur...

Tera menutup mata membiarkan saja badannya di siram oleh sang ayah. Seragamnya saja belum kering, tetapi ayahnya sudah membasahinya lagi.

Dugh.

Setelah itu Yuda melemparkan gayung itu sampai mengenai kepalanya.

"Ssh..."

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang