Tera tengah berdiri di depan gerbang menunggu kedatangan Salma. Setelah kemarin mereka bertukar nomor handphone, malamnya Salma menelepon Tera memintanya agar esok menunggunya di depan gerbang, supaya masuknya bisa bersamaan dan Tera mengiyakan. Pada saat Salma menelepon, Tera sedang dalam perjalanan menuju restoran.
"Salma mana yah?" tanya Tera pada udara.
"Oyy."
Itu suara Salma, dia baru saja turun dari mobil mewahnya dengan sang sopir yang membuka pintunya.
"Oh syukurlah kamu akhirnya datang, aku kira kamu udah masuk duluan." Tera bernapas lega.
"Ya nggak lah, kan gue yang nyuruh lo nunggu masa iya gue masuk duluan." balas Salma sembari membenarkan letak tali tas ranselnya.
"Yuk masuk." lalu dia menggandeng tangan Tera, Tera tentu merasa senang. Pasalnya jarang sekali tangan Tera digandeng oleh orang yang disebut dengan teman, bukan jarang lagi melainkan sama sekali tidak pernah karena Tera memang tidak punya teman sebelumnya.
Tapi sekarang Tera dan Salma berteman. Awalnya Tera tak menyangka bisa mempunyai teman, selama ini Tera tidak mempunyai teman hanya karena dirinya miskin, tapi setelah Salma mengatakan itu bukan masalah Tera pun mau menjadi temannya.
"Poni gue bagus nggak Ter?" tanyanya dengan telunjuk yang menunjuk poninya.
Tera tersenyum, "Bagus kok, aku suka."
"Dihh, lo suka sama gue?"
Mata Tera membulat, "Nggak kok."
"Tadi itu apa?" tanyanya lagi.
"Aku suka poni kamu bukan kamunya." Salma menganggukan kepala.
Di sepanjang jalan menuju lapangan mereka berdua terus saja berbicara, dengan Salma yang memulainya terlebih dahulu dan Tera yang meresponnya.
"Kamu gak pakai papan nama Sal?" tanya Tera saat menyadari Salma tidak memakai papan namanya.
"Kata siapa, orang gue pakai kok." lalu Salma memutar tali dilehernya setelah itu Tera bisa melihat papan namanya.
"Gue pakainya kebalik makanya gak kelihatan," lanjutnya.
Tera menggangguk, "Ohh kebalik yah."
"Iya Terah."
"Ihh Salma."
"Apa lo!" ucapnya galak.
"Enggak."
"Woyy cepet baris acaranya mau dimulai!" teriak salah satu siswa yang mengikuti MOS.
Dengan segera, peserta MOS langsung baris dengan rapi takut akan ancaman kemarin.
"Kuy baris."
"Yuk."
"Lo di sini aja okee..." ucap Salma setelah menempatkan Tera pada barisan paling depan, lalu dia berbaris dibelakang dirinya dan langsung diikuti oleh lainnya.
Tera berbalik badan lalu menatapnya, "Sal—" baru saja ingin protes, namun Salma sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Udah nggak papa, lo tuh cantik makanya baris di depan siapa tau ada yang suka. Sayang kalo punya muka cantik barisnya di belakang nanti nggak laku." tururnya.
Tera menganggukkan kepala mengerti, "Oh berarti aku cantik makanya baris di depan, dan kamu baris di belakang karena jelek. Okee, sekarang aku ngerti." lalu Tera membalikkan badan pada posisi semula.
"Muka cantik gini masa dibilang jelek. Sial banget tu bocah." gerutu Salma.
Tidak lama kemudian datanglah wanita berbadan gempal dengan membawa map yang entah isinya apa naik ke atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...