LENTERA || 46

27.9K 2.9K 133
                                    

Duduk di atas pohon dengan kaki yang diayun-ayunkan dan mata yang selalu mengawasi gerak-gerik kekasihnya itulah yang tengah dilakukan Juna sekarang.

Hari ini Juna akan full mengawasi kekasihnya, Tera. Dirinya juga akan mengajak dia pergi dan menghabiskan waktu berdua selama beberapa jam nanti.

Tekad Juna yang akan menunjukkan diri dihadapan keluarga Goldesst sudah benar-benar bulat, tidak bisa diganggu gugat. Juna sudah lelah bermain seperti ini, sembunyi-sembunyi, kurang asik dan tak seru.

Bibirnya mengeluarkan dengusan saat melihat beberapa pasang mata dari cowok di kelas Tera dan Pak Bima memandang gadis itu tanpa berkedip. Kalau seperti itu jiwa psikopatnya perlahan bangkit, tapi Juna tahan karena ia telah berjanji kepada kekasihnya itu tidak akan membunuh lagi.

Namun untuk sekadar menyayat, menusuk, memotong dan menggores Juna masih lakukan sampai saat ini. Lagi pula untuk melakukan itu dirinya tak berjanji pada Tera jadi bebas.

Juna bisa lihat dari atas sini, Teranya semakin terlihat cantik. Oh tunggu! Dirinya lupa kalau Tera itu terlihat cantik di mana pun dan kapan pun.

Matanya tiba-tiba melotot saat melihat kaki Teranya ditendang dan membuat gadis itu terjatuh ke dalam kolam renang dengan selang waktu persekian detik.

Dengan gesit ia turun dari pohon dan—

Hap!

Kakinya memijak tanah dan langsung berlari ke arah sana dengan secepat kilat. Tanpa menunggu waktu lagi ia menceburkan diri, menolong Tera bersama mereka di dalam kolam.

Juna yakin pasti dirinya yang berhasil membawa Tera ke pinggir kolam bukan mereka. Ya Juna yakin itu pasti dirinya!

•••

Berenang termasuk salah satu olahraga yang sangat digemari Devan. Maka dari itu mendengar hari ini materi olahraganya yaitu renang Devan senang bukan main. Saking senangnya ia tak tanggung-tanggung untuk berganti di kelas, menghiraukan suara teriakan dari arah murid perempuan di kelasnya.

Sekarang empat cowok most wanted dari kelas dua belas itu sedang berjalan di lorong menuju kawasan kolam renang outdoor, mereka hanya berempat saja karena tidak menunggu guru olahraga atau pun teman sekelasnya.

"Gue ke kamar mandi dulu, kebelet."

Setelah menepuk bahu Devan dua kali, Theo pergi ke kamar mandi dengan berlari.

"Tuh anak kebiasaan banget kalau mau masuk kolam renang bilangnya kebelet mulu," kata Romeo menggelengkan kepala.

Arsen mengangguk, "Ribet banget, tinggal di kolam renang aja apa susahnya sih."

"Oh pantesan, kalau di kolam gue ngerasa airnya berubah anget gitu ternyata sumbernya dari lo yah?" ucap Romeo seraya menunjuk wajah cowok itu.

"Ehh kata siapa itu sumbernya dari gue?!" semprot Arsen, mendelik ke arah Romeo.

"Tapi emang gue sih." pelannya.

"Betul kan emang lo."

"Seharusnya lo itu berterima kasih ke gue karena berkat gue lo jadi gak kedinginan di kolam renang Rome!"

Romeo lantas menggeplak kepala bagian belakang cowok itu. Apa-apaan dia menyuruh dirinya agar berterima kasih padanya karena telah diberi kehangatan didalam kolam melalui air kencingnya.

"Berisik!" Devan mengeluarkan suara, menatap jengah dua teman sedari kecilnya.

"Itu yang tadi ngomong siapa yah Rome?!" tanya Arsen menatap Romeo penuh tanda tanya.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang