LENTERA || 07

50.4K 4.1K 43
                                    

Cklek...

Tera membuka pintu rumahnya, hal pertama yang dia lihat yaitu sosok pria yang dia rindukan beberapa hari ini sedang duduk di sofa lusuh dengan tangan yang memegang handphone.

"Ayah," panggilnya antusias, namun seperti biasanya yang dipanggil ayah itu selalu mengacuhkan keberadaan Tera.

"Ayah pulangnya udah dari tadi?" tanyanya lembut.

Tera mendekat padanya, menyodorkan sebelah tangannya kepada ayah bermaksud salim.

"Ayah." ayah Tera hanya diam, matanya masih fokus pada benda pipih itu. Tera menurunkan tangan lalu gadis itu duduk di sofa kosong dekat ayahnya.

"Ayah lapar?" tanyanya.

Tera mencolek lengannya namun sang ayah masih asik dengan dunianya.

"Ayah."

"Ayah."

"Ayah."

Tera semakin gencar memanggilnya.

Ayah Tera menoleh lantas Ter tersenyum padanya, "BERISIK!!! Kamu kira saya tidak mendengarnya hahh?!!" kemudian tatapannya berubah sinis.

Tera menutup mata kala mendengar bentakannya. Jujur saja, Tera paling tidak bisa dibentak oleh ayahnya sendiri, rasanya ingin menangis sekarang juga namun Tera tahan.

"Maaf." ucap Tera dengan kepala menunduk.

"Pergi sekarang dari hadapan saya!" usir Yuda— ayah Tera.

Tera mendongak, "Ayah aku m—"

"Pergi anak sialan." tekan Yuda dengan sorot mata yang memancarkan kebencian.

Hati Tera terasa tergores.

"Ayah,"

Brakk!!

Yuda menggebrak meja membuat Tera terlonjak kaget.

"Pergi..." desisnya.

Lebih baik Tera menurut.

"Ayah kalo lapar makan yah, aku udah masak makanan kesukaan ayah. Aku pamit pergi dulu yah, mungkin pulangnya agak malam." ujar Tera pada ayahnya yang tak dihiraukan sebab saat ini sang ayah sedang tertidur di sofa.

Setelah tadi Yuda mengusir Tera, gadis itu segera berganti pakaian lalu memasak makanan kesukaan ayahnya yang kebetulan bahan-bahannya ada di rumah.

Dan kini waktunya Tera pergi ke tempat Paman Sam, membantu menjual koran-korannya. Lalu berlanjut ke restoran sampai malam, hari ini Bu Bitis tidak memberikan pesan, pertanda bahwa hari ini tidak ada pesanan yang harus Tera antar.

Membuka pintu rumah lalu menutupnya secara perlahan takut mengganggu tidur sang ayah.

Tera hanya memakai kaos berwarna hitam dan celana pendek selutut. Sandal jepit lusuh yang selalu setia menemani jalannya itu masih saja terasa nyaman di kaki gadis itu, padahal bahannya sudah terasa tipis. Dan tas selempang berwarna hitam pudar yang menggantung di lehernya, hanya berisikan handphone jadul dan uang receh.

•••

"Lo dimana anjing!?" tanya orang di seberang sana.

"Gue masih di rumah, ini gue baru mau jalan ke sekolah." jawab anak lelaki itu santai.

"Gila lo yah! Ini udah jam berapa Bryn, kenapa lo baru mau jalan?!" geramnya.

"Kenapa sih emangnya, santai kali." ujar Bryn sambil mengikat tali sepatu.

"Santai-santai gundulmu, dari tadi tuh Pak Dodi nanyain lo terus, mana mulutnya gak bisa diem lagi." ketusnya.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang