Kini Tera sudah resmi menjadi murid di GHS setelah dua hari mengikuti MOS. Rasanya seperti mimpi bisa menjadi bagian dari GHS. Asal kalian tahu, Tera hanyalah orang miskin yang bisa bersekolah di sana hanya karena mendapat beasiswa.
Dengan kaki yang terbalut sepatu pentofel, Tera menuju ke papan pengumuman untuk melihat namanya berada di kelas mana.
Untungnya saja Tera masih ingat dimana papan pengumuman itu berada, hari terakhir MOS para osis mengajak semua peserta MOS untuk berkeliling sekolah dengan berkelompok.
Papan pengumuman itu lumayan sepi, lalu dengan segera Tera mulai mencari namanya berada di kelas mana.
Sedikit berjinjit, jarinya mulai menelisik nama demi nama di kelas X IPA 1 namun Tera tidak menemukan namanya. Jarinya berpindah pada kertas di sebelahnya, kelas X IPA 2 gadis itu membaca satu per satu nama di kelas itu kemudian jarinya turun setelah menemukan namanya berada di sana.
Semakin lama berada di sini napasnya mulai terasa sesak, sebab semakin bertambahnya orang yang mulai melihat papan pengumuman itu.
Tera meninggalkan papan pengumuman itu, lagi pula gadis itu sudah mengetahui namanya berada di kelas mana.
"Teraaaa..."
Baru beberapa langkah meninggalkan papan pengumuman, ada suara yang memanggil namanya. Tera berhenti, lalu menengok ke arah si pemanggil.
"Lo kok udah nyampe sekolah aja sih njing?" tanyanya teramat sopan.
"Udah dari tadi nyampenya Salma, biar gak terlambat." jawab Tera lalu tersenyum.
"Berarti udah lihat nama lo ada di kelas mana dong?"
"Udah."
"Ihhh... Kenapa lo gak nungguin gue sih." Tera menggaruk rambutnya yang tak gatal.
"Aku mana tau kalau kamu minta ditungguin." dia mendengus.
"Temenin yuk ke sana," pinta Salma, tanpa menunggu persetujuan dari Tera dia langsung saja menarik lengannya ke papan pengumuman.
"Aku di sini aja ya Sal." ucap Tera, jujur saja dirinya tak sanggup jika harus berada di antara kerumunan itu. Seingatnya tadi, papan pengumuman itu cukup ramai tapi kenapa sekarang terlihat ramai sekali seperti pembagian sembako?
Dia mengangguk, "Okee. Lo nunggu gue di sini aja, tapi lo jangan pergi kemana-mana ya Ter."
"Iya Salma."
"Nih nitip tas gue." Salma melepaskan tas yang berwarna merah itu lalu menyodorkannya pada Tera.
Dia mulai masuk ke dalam kerumanan, Tera merasa ngeri membayangkan jika dirinya berada di sana, di antara mereka yang saling berdesak-desakkan.
"AIR PANAS! AIR PANAS! AWAS LO MINGGIR, ADA AIR PANAS DI TANGAN GUE NIH." mungkin bukan Tera saja yang mendengarnya tapi seluruh orang yang berada di sini.
Tera menggeleng-gelengkan kepala.
Ada-ada saja.
Semakin lama papan pengumuman itu semakin ramai, Tera yang berdiri di belakang mereka mulai was-was.
"Minggir dong lo."
"Minggir elah, ngalangin aja lo."
Tera rasa ucapan itu tertuju padanya, "Iya."
Tera mulai mundur dengan perlahan, hingga punggungnya menabrak sesuatu yang lumayan keras. Tera rasa itu dinding tapi–
"Eitsss..."
Suara seseorang itu terdengar dekat ditelinganya, Tera terdiam sebentar lalu membalikkan badan.
Tadi aku nabrak orang dong? tanyanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...