Dua hari Tera tidak berangkat sekolah, gadis itu tidak menitipkan surat ke siapapun untuk dikirimkan ke sekolahnya.
Satu hari penuh gadis itu dikurung oleh ayahnya, dan satu hari lagi Tera gunakan untuk mengobati lukanya. Hanya dikompres saja, gadis itu tidak punya uang untuk sekadar membeli salep.
Uang tabungannya tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Tera tidak tahu saja, kalau uang tabungannya itu diambil oleh Yuda yang digunakan untuk membeli rokok satu lusin.
Pagi ini Tera putuskan untuk berangkat sekolah, lagi pula gadis itu sudah tertinggal banyak materi. Jalannya sedikit tertatih karena luka di kakinya belum kering, sesekali ia meringis saat bekas cambukan di kakinya itu bergesekan dengan kaos kaki.
Pipinya yang melepuh itu tidak ditutupi oleh masker atau apapun, gadis itu membiarkan saja luka di pipinya dilihat oleh banyak orang. Gadis itu tak malu.
Hari ini Tera berangkat agak siang tidak seperti biasanya. Kepalanya menunduk saat melewati lobi yang sudah ramai. Gadis itu tidak ingin menjadi pusat perhatian karena kondisinya saat ini begitu memprihatinkan.
"Itu cewek yang menang lomba bareng Kak Devan kan?" tanya satu perempuan pada gengnya.
"Iya deh kayaknya, tapi kok mukanya serem gitu yah, perasaan gue tuh cewek cantik deh." balas temannya yang dibalas anggukan.
"Kalau nggak salah namanya Tera. Betul kok, dia emang cantik sampai-sampai pacar gue minta putus karena mau ngejar dia."
"Eits... tapi itu dulu sekarang tuh cewek udah nggak cantik lagi."
"Hahahaha..."
Tera tersenyum sendu mendengarnya, gadis itu sudah kebal mendengar kalimat seperti itu. Dari SD sampai SMP dirinya terbiasa menerima siksaan dari Yuda. Dia selalu saja membuat hal istimewa pada wajahnya.
Membuat wajahnya menjadi seram sementara, dan berujung gadis itu menjadi bahan olok-olokkan di sekolah karena wajahnya yang buruk.
"Dua hari absen eh pas berangkat wajahnya buruk rupa." ucap Ayrin tertuju pada Tera.
Sontak hal itu mampu membuat seisi kelas menatap Tera yang masih di depan pintu kelas.
"Iya nih aku buruk rupa makanya kalian jangan suka sama aku." balas Tera menatap Ayrin dengan hangat.
"Emang ada yang suka sama lo? Kepedean banget lo."
"Gue."
"Gue suka."
"Gue juga."
"Gue suka pake banget."
Jawaban dari beberapa siswa di kelas X IPA 2 membuat Ayrin terdiam.
"Eh ada apa ini kok rame banget sih, dari luar kelas suara mak lampier terdengar begitu menyesatkan." ucap Salma, pagi ini rambut gadis itu dikepang satu.
"Si kaleng rombeng datang. Ah males, gue ribut sama Tera kalau dia datang." gumam Ayrin pelan.
Mata Salma melirik ke samping merasa ada orang yang berdiri di sebelahnya, lalu mata gadis itu membulat kemudian Salma terdiam.
"Oh my god!!!" setelah sadar, Salma memeluk Tera erat seperti sudah tidak berjumpa selama bertahun-tahun.
Mereka berpelukan di depan pintu kelas tak menghiraukan orang-orang yang akan masuk.
"Miss you." ucap Salma di samping telinga Tera membuat gadis itu terkikik.
"Lo dua hari ini nggak berangkat kemana aja anjing?! Mana nggak pake surat lagi." geram Salma setelah melepaskan pelukannya pada Tera.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...