LENTERA || 30

44.7K 3.6K 190
                                    

"Abang mana wey abang?" tanya Salma dengan matanya melirik kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu.

"Di kelas dua belas tuh banyak abang." sahut Ucup yang duduk di belakang Salma dan Tera.

Salma terdiam, cewek itu sedang mencerna omongan Ucup. Kepalanya menoleh ke belakang lalu menoyor kepala Ucup, "Gue nyarinya warna abang Cup, warna merah. Bukan abang yang ada di kelas dua belas, itu sih namanya abang-abangan." ujar Salma memutar bola matanya malas.

Ucup yang sedang mewarnai lantas kaget saat Salma baru saja menoyor kepalanya, "Kalau kecoret ini gimana? Lo nggak liat gue lagi mewarnai?!" gas Ucup.

"Ya bodo amat." ucap Salma santai. Cewek itu kembali mencari warna merah yang hilang, "Warna abang mana sih?! Halah kampret kalau lagi dibutuhin banget nggak ada, giliran nggak butuh kelihatan mata terus."

"Dibilangin di kelas dua belas banyak," ulang Ucup.

"Anjing! Gue carinya warna abang bukan abang-abangan semprul!"

"Abang itu merah, bukan abang-abangan yang lo maksud bloon!" toyor Salma yang kedua kalinya pada Ucup.

Ucup pasrah, Salma ini terkenal di kelas dengan sebutan ratu toyor, karena setiap dia berbicara dengan murid kelas tangannya sesekali menoyor sopan. Hampir seisi kelas pernah merasakan rasanya ditoyor dengan tangan suci milik Salma, kecuali Tera. Salma tidak pernah melakukan aksi toyor-menoyor pada oknum yang bernama Tera.

Mata pelajaran di jam ini adalah seni budaya, mereka diberi tugas menggambar sekaligus mewarnai oleh guru mapel. Menurut Salma tugas itu tidak pantas diberikan kepada anak SMA, pantasnya diberikan pada anak TK dan SD. Sudah remaja tapi masih diberi tugas menggambar dan mewarnai ya nggak banget lah, pikir Salma.

Bu Ratih yang sebagai guru mapel pun pergi ke luar kelas entah kemana. Guru itu sepertinya tidak berniat mengajar, sebab saat masuk ke kelas guru itu hanya memberikan materi kemudian tugas lalu keluar. Para murid disuruh belajar mandiri.

Dan sedari tadi Salma sedang mencari warna abang atau dalam bahasa Indonesianya itu warna merah, untuk mewarnai langit. Untuk tugas ini Salma hanya menggambar rumah, jalan dan sawah. Simple.

"Salma kamu cari warna apa?" tanya Tera setelah mendengar ribut-ribut dari Salma dan Ucup.

"Merah." nadanya pilu.

"BUTA MATA LO?! ITU YANG DIPEGANG TERA APA KALAU BUKAN WARNA MERAH?!" gas Ucup saat melihat pewarna berwarna merah yang terselip disela jari Tera.

Salma menatap tangan Tera, lalu dengan cepat mengambilnya membuat Tera terkejut bukan main. "Aha... ini dia si abang as red." ucap Salma riang.

"Mata lo noh yang buta!" sarkas Salma pada Ucup.

Ucup? Cowok itu memijat pelipis. Dalam hati bertanya kenapa ada sosok seperti Salma dalam kehidupan nyata?

"Kamu dari tadi cari ini yah? Maaf yah Salma, aku pakai dulu tadi." ujar Tera dengan meringis.

Ucup menyipitkan mata, "Ter, keknya ada yang aneh deh sama dada lo." ujarnya pada Tera.

Aji yang duduk di samping Ucup berhenti menggambar, menatap Ucup dengan pandangan yang aneh. Setahu Aji, Ucup itu anak yang alim. Tapi kenapa hari ini Ucup berubah?

Salma yang mendengar itu lantas menoyor kepala Ucup untuk yang ketiga kalinya. Ucup menghela napas panjang, rasanya ia ingin pindah saja dari sini. Ucup nyerah, setiap hari kalau dirinya membalas ucapan Salma, kepalanya selalu saja menjadi korban. Duduk di belakang Salma itu sangat berbahaya sekali.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang