Tera dan Devan sedang duduk di lobi sekolah, menunggu Bu Rina yang meminta izin pada guru yang mengajar di jam pertama di kelasnya dan kelas Devan.
Sedari tadi mereka berdua hanya diam terkadang sesekali Tera berhasil menangkap basah Devan yang menatapnya. Dia terlihat gelagapan saat Tera memergokinya. Terlihat lucu.
"Tera!"
Tera menengok ke si pemanggil lalu tersenyum padanya. Berdiri lalu mendekatinya.
"Kenapa nggak ke kelas dulu sih?" setelah itu Salma menabok bahunya.
"Maaf Salma, tapi itu perintah Bu Rina. Aku sama Kak Devan disuruh ke lab dulu nggak boleh masuk kelas."
"Okelah."
"Kamu kok ngapain ke sini nyamperin aku? Kan seharusnya saat ini kamu lagi di kelas belajar."
Salma memutar bola matanya malas, "Gue mau ke perpus disuruh ambil buku, tapi mata gue nggak sengaja lihat lo jadi ke sini deh. Eh iya, tadi gue nemu ini di laci lo." Salma mengambil sesuatu dari saku jasnya lalu memberikannya pada Tera.
"Ini apa." Salma menyentil dahi Tera. "Gini nih kalau kebanyakan ilmu, kertas aja sampai gak tahu. Gila."
"Bukan itu maksud aku, tapi maksudnya ini isinya apa?" ucap Tera membetulkan pertanyaan tadi.
"Yhaaa mana gue tau o'on, orang gue gak buka. Udahlah gue mau ke perpus dulu."
"Oh gitu yah,"
"Good luck." ucap Salma sebelum pergi dengan menepuk bahu gadis itu sebanyak dua kali.
Tera mengangguk bersemangat, "Makasih."
"Hai Kak Devan." sapa Salma dengan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, menatapnya genit.
Dan seperti biasa hanya dijawab dengan datar oleh Kak Devan, "Hai."
Tera menggelengkan kepala melihat sikap aneh yang ditunjukkan Salma pada Devan. Tera berdoa dalam hati semoga kalian berdua berjodoh. Tera harap itu menjadi nyata.
Kini fokus Tera teralihkan kepada kertas yang di tangannya saat ini. Sudah dua kali Tera mendapatkan surat, surat yang pertama Tera dapat dari loker dan yang kedua Tera dapat surat ini dari Salma yang menemukannya di dalam laci meja gadis itu.
Rasa penasaran pun mulai bangkit dalam dirinya. Apakah isinya masih berhubungan dengan yang kemarin, atau berbeda?
Tera menghela napas.
Baru saja ingin membuka suara Bu Rina tiba-tiba saja terdengar, yang berarti sebentar lagi mereka akan berangkat ke tempat lomba.
"Nak Devan, nak Tera. Ayo kita berangkat, satu jam lagi acara akan dimulai."
"Baik bu." balas Tera mengangguk sopan.
Tera, Devan dan juga Bu Rina melangkah menuju parkiran. Ngomong-ngomong mereka pergi ke sana menggunakan mobil milik sekolah.
"Maaf sebelumnya bu, saya mau naik mobil saya sendiri. Tenang saja nanti saya akan ikuti mobil sekolah dari belakang." ucap Devan, selepas itu tanpa menunggu balasan lelaki itu pergi menuju mobil sport hitamnya. Tak sopan memang.
Bu Rina mengangguk setelah kepergiannya lalu menghela napas. Tera merasa tak tega melihat Bu Rina saat ini.
"Ayo nak masuk."
"Iya bu,"
Di perjalanan, Bu Rina tak henti-hentinya menyemangati Tera dan menyuruh Tera agar relax saat lomba nanti. Karena sikapnya itu, Bu Rina kini sudah menjadi salah satu guru favorit di hati Tera. Ya walaupun beliau tidak mengajar di kelasnya sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...