Tera sedang berada di dalam kamar, gadis itu sedang bingung harus melakukan apa saat ini. Pikiran gadis itu masih tertuju pada tulisan yang ada di bukunya.
Apa lelaki itu yang melakukannya? Ah, rasanya Tera tak yakin, tapi sebaris kalimat itu masih bersangkutan dengannya.
Menjadi kekasih saya dan saya berjanji tidak akan melukai orang lagi.
Ucapan dia pada malam itu masih terekam jelas di memorinya. Sekarang Tera benar-benar pusing memikirkan itu semua.
Pusingnya tak lama hilang saat dirinya dengan tiba-tiba merindukan ibunya dan Paman Sam. Tera sudah lama tidak mendatanginya, dan sekarang gadis itu sudah bersiap-siap untuk pergi ke sana.
Tera menuruni tangga hingga akhirnya sampai di lantai pertama. Gadis itu masih belum bisa menggunakan lift, kalaupun menggunakan itu Tera harus bersama dengan kakaknya atau kedua orangnya. Tera masih perlu pendamping untuk masuk ke dalam lift.
Rumah besar nan mewah itu sekarang sepi hanya ada pelayan saja jadi Tera tidak susah untuk pergi keluar. Dengan membawa sejumlah uang yang tadi pagi diberikan oleh Rose, gadis itu pergi ke sana dengan menggunakan ojek pangkalan.
Tera sudah bilang kepada satpam bahwa dirinya ingin pergi sebentar lalu satpam mengizinkannya walau sang satpam sempat melarangnya. Tapi dengan semangat Tera membujuknya dan akhirnya berhasil.
Gadis itu sampai di makam ibunya, tak lupa Tera membeli bunga. Gadis itu terlebih dahulu mencabuti rumput liar, lalu menaburkan bunga.
"Assalamualaikum bu," Tera mengusap-usap nisan itu.
"Sekarang aku sudah kembali ke keluarga kandung aku. Mereka semua baik," Tera mulai bercerita, gadis itu ingin mengeluarkan semua isi hatinya.
"Dan semoga saja aku bisa berbahagia selalu dengan mereka." ujar gadis itu seraya tersenyum tulus.
Dari balik pohon ada seorang lelaki bermasker yang tanpa diketahui oleh Tera terus memperhatikannya. Dan tak berselang lama dia pun pergi.
Setelah dari makam ibunya, Tera pergi menuju makam Paman Sam, gadis itu sudah membeli bunga sama seperti di makam ibunya tadi.
Hujan tiba dan Tera masih berada di jalan menuju pulang. Gadis itu terus berjalan kaki di bawah guyuran hujan yang deras. Tidak ada niatan untuk naik ojek ataupun kendaraan lainnya untuk sampai ke rumah.
Suara hujan itu sangat menenangkan maka dari itu Tera terus melangkah di bawah guyuran hujan. Untungnya tidak ada petir atau semacamnya, kalau ada mana mungkin Tera berani melakukan ini.
Gadis itu berhenti melangkah ketika ada satu mobil yang menghalangi jalannya. Pemilik mobil itu turun dengan membawa payung, sungguh Tera tak kenal siapa dia.
Lelaki itu berjalan menuju Tera lalu berhenti di depannya dengan payung yang memayungi dirinya dan Tera.
"Ngapain hujan-hujanan?" tanyanya membuat Tera terdiam.
"Hey," dia menjentikkan jarinya di wajah Tera membuat gadis itu tersadar kembali.
"Siapa?" lelaki itu menghela napas.
"Kakakmu, ayo masuk kita pulang." jawabnya sekarang menggiring Tera masuk ke dalam mobil.
"Kakak yang mana? Kamu mau culik aku yah." tuduh Tera dengan menatap sok tajam lelaki itu membuat lelaki itu terkekeh dalam hati.
Lelaki itu membuka pintu mobil lalu memasukkan Tera ke dalamnya. "Buat apa saya culik adik saya sendiri," tanpa berkata lagi lelaki itu memutari mobilnya lalu masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...