LENTERA || 58

15.6K 1.9K 181
                                    

Perlu dua detik bagi Salma untuk menyadarkan diri setelah melihat itu.

"Tadi kan gue gandengan sama Tera tuh, tapi kenapa sekarang yang gue gandeng malah tangan boneka, bangsat!"

Lantas dengan gerakan cepat dan sedikit takut serta kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai Salma melepaskan tangan boneka itu pada tangannya.

Boneka itu sepertinya habis dimutilasi maka dari itu hanya terdapat tangannya saja tanpa kepala, kaki ataupun badan.

Tangan boneka itu kemudian terjatuh ke lantai, "Aduh aduh Mommy! Tera lo kemana sih." gadis itu menjerit lalu berlari pergi.

Namun baru beberapa detik berlalu Salma terdiam, gadis itu membalikkan badan dan berlari kembali ke tempat awal setelah mengingat handphonenya yang masih tergeletak belum ia ambil.

"Untung belum lama gue lupa, kalau lupa terus nih handphone masih di sini bisa diambil orang."

"Lagian kalau handphone ini sampe hilang gue gak bisa saling kirim pesan dong sama si mantan yang mau pulang ke Indo." gumam gadis itu seraya berjongkok, tangannya bergerak mengelus handphone itu.

Ekor matanya yang tak sengaja menatap tangan boneka itu kembali membuat Salma terkejut.

Gadis itu berdiri, sedikit memundurkan langkah kemudian dia berlari kencang meninggalkan tangan boneka itu di tengah koridor yang sedang sepi.

Namun sebelum berlari gadis itu sempat mencak-mencak, "Sialan lo! Kalau sampe habis ini Tera gak ketemu gue mutilasi lagi lo anjing!"

Bruk.

Persis di depan lab komputer, Salma terjatuh dengan posisi duduk. Gadis itu tidak sengaja menabrak tubuh seseorang akibat saking menghayati adegan berlarinya.

"Tulang pantat gue rasanya mau rontok kampret, shh." rintih Salma seraya memegangi pantatnya.

"Gimana gak rontok orang yang lo tabrak badannya kek kulkas gitu lagian lo kenapa lari kenceng sih?"

Salma mendongak, empat wajah dengan pahatan sempurna nampak jelas di kornea matanya dan itu mampu membuat Salma terlena sesaat.

"Yang gue tabrak tadi siapa?"

"Tuh si Theo." Arsen menjawab dengan melirik orang yang dimaksud.

"Dasar babon." umpat gadis itu membuat Theo mendelik padanya.

"Tera mana?" lontar Devan karena tidak melihat keberadaan Tera. Perasaan tak enak entah kenapa muncul tentang gadis kecil itu.

Salma meneguk salivanya, "Emm... nah itu yang bikin gue lari kenceng." jawab gadis itu seraya bangun dengan sendiri dan tangan yang masih memegangi pantatnya.

"Maksudnya?" kedua mata Devan lantas memicing.

"Tera saat ini bisa dibilang hilang."

Sontak hal itu berhasil membuat aliran darah Devan seolah berhenti dan pikiran yang mulai berkecamuk.

"Hilang dalam artian?" Devan mendesis pelan dengan mata yang semakin memicing menatap Salma membuat gadis itu gelagapan.

"Hilang dari pandangan mata gue." dalam satu tarikan napas Salma berucap.

Mendengar kalimat tak masuk akal dari Salma lantas Devan menggertakkan giginya, "Kalau Theo hilang dari pandangan lo, itu bisa dibilang hilang iyaa?!"

"Bukan gitu ckk, hilangnya gue rasa ada yang aneh, hilang yang sebenar-benarnya." balas Salma dengan menghindari tatapan Devan yang dilayangkan padanya dengan berkilat amarah.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang