Tera menatap ke atas, melihat banyak bintang yang bertaburan. Gadis itu tersenyum melihatnya, di antara bintang itu Tera yakin ada ibunya yang sedang melihat dirinya dari atas sana.
Trsh.
Ssh..
Dengan refleks Tera berhenti, menatap ke arah sekitar. Penasaran suara apa tadi yang terdengar begitu menakutkan di telinganya.
Shh..
Lagi Tera mendengarnya.
Mengikuti suara itu hingga akhirnya Tera masuk ke dalam kebun seseorang. Matanya membulat, mulutnya terbuka. Tak pernah terimpikan olehnya melihat kejadian itu, ingin berteriak tetapi bibirnya kelu untuk sekedar mengeluarkan suara dan badannya seperti mati rasa untuk bergerak.
Dari balik pohon Tera mencoba melihatnya lagi, memastikan apa benar atau tidak yang dilihat sebelumnya.
Badannya langsung lemas, tangan dan kakinya seketika dingin. Walaupun penerangan di sini tidak terlalu terang tapi Tera masih bisa melihat kejadian itu. Akan tetapi Tera tidak bisa melihat wajah si pelaku karena wajahnya tertutup oleh masker.
Di sana, Tera melihat seorang lelaki sedang membunuh orang. Kepala korban sudah terlepas dari tubuh, dan sekarang si pelaku sedang menguliti kulitnya dengan cutter.
Tak mau berlama-lama berada di sini Tera pun memutuskan untuk pergi dengan langkah pelan dan mengendap-endap.
Trkk.
Namun tidak sengaja Tera menginjak ranting yang jatuh, Tera takut bunyinya akan terdengar oleh dia, Tera juga takut saat tiba-tiba dia melihat dirinya dan menjadikan dirinya korban selanjutnya.
"Siapa itu!!" napas gadis itu tercekat, dengan tekad yang besar Tera langsung berlari tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Tak peduli jika si pelaku melihatnya, yang terpenting saat ini Tera berlari menjauh dari dia.
Tanpa disadari oleh Tera, pelaku itu tersenyum menyeringai dari balik masker, lalu pergi meninggalkan korban yang badannya sudah tak utuh lagi.
•••
"Apa ini Salma?" tanya Manda, mommy Salma. Telunjuknya menunjuk lingkaran berisi angka pada kertas yang dipegangnya.
Salma merotasikan bola mata, "Nilai lah mom, gimana sih masa gitu aja gak tahu, katanya lulusan S2."
Manda mengecilkan volume TV yang sedang menyala, "Maksudnya ini apa? Nilai kok masa dua puluh sih Salma? Buat beli cilok aja gak bisa ini."
"Mommy, Salma kan cuma minta tanda tangan mommy aja, bukan mau dengerin mommy yang nanya-nanya kenapa Salma bisa dapat nilai dua puluh." jawab Salma sambil memainkan kuku.
"Ya gak bisa gitu dong Salma, kamu tuh sekolah di sekolah elit yah masa ulangan aja dapatnya dua puluh sih. Ngisin-ngisinna nemen!" ucap Manda dengan memijat pelipisnya.
(Malu-maluin banget!)
"Malu-maluin gimana sih mom? Orang yang dapat nilai juga Salma kok." balas Salma, badannya direbahkan pada sofa.
"Dan kamu dapat nilai segitu bangga gitu?" Manda bangkit, berkacak pinggang.
"Ya harus bangga dong mom, nilai itu hasil dari kerja keras otak kecil Salma sendiri gak nyontek, jadi harus bangga dong." jawab Salma dengan menepuk dadanya merasa bangga.
"Kalau kamu dapat nilai segitu, gimana mommy mau pamerin nilai kamu coba?! Yang ada ntar diledekin sama temen-temen." Manda menurunkan tangan lalu duduk kembali dengan kaki disilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...