LENTERA || 44

29.7K 2.6K 138
                                    

Malam ini kesepuluh cucu Goldesst tengah melakukan makan malam bersama. Tidak ada Rose, Nicho, Zavhier maupun Lorenz di antara mereka.

Nicho membawa Rose ikut ke luar negeri untuk urusan bisnis, begitu pula dengan Lorenz dan Zavhier. Mereka berdua sama-sama sibuk ada urusan bisnis yang sangat penting di luar negeri.

Sehingga mau tak mau harus meninggalkan Tera dan menyuruh cucu laki-laki Goldesst agar menjaga sang putri.

"Habis ini kalian semua tidur." ujar Brandon, selaku yang paling tua di antara mereka saat ini.

"Main game dululah." enteng cucu kesebelas, Bryn.

"Cupu banget baru jam setengah delapan udah tidur aja." bantah si cowok berambut biru, Vernon.

"Jalan keluar boleh kali." sahut  kembarannya Jean.

"Mau belajar nggak boleh?!" timpal Karnet, cowok itu sepertinya tidak mau membuang waktunya untuk sekadar tidur cepat.

"Nonton The Penthouse dulu baru tidur." balas Devan, entah sejak kapan cowok itu suka pada drama itu.

"Siapa lo main nyuruh tidur, lo Rose?" galak Ersa seraya menodongkan garpu ke arah Brandon.

Kalau sudah begini Brandon berdecak, "Terserah." balasnya.

"Habis ini aku tidur kok Kak Brandon." ucapan dari satu-satunya gadis di meja makan itu membuat Brandon tersenyum.

Setidaknya masih ada Tera yang akan menghargainya. Soal urusan menghargai seseorang gadis itu tidak perlu diragukan lagi.

Brandon menatap Tera lembut, dalam hati ia berkata terima kasih sudah menghargai, sekiranya seperti itu.

Setelah acara makan malam tadi yang diakhiri dengan kebaperan Brandon, mereka semua kembali melakukan kegiatan yang sebelumnya sempat tertunda.

Termasuk Tera, gadis itu benar menuruti ucapan Brandon tadi. Sudah sepuluh menit dia menutup mata mencoba tidur namun dirinya tak kunjung tidur juga.

Tera akhirnya membuka mata, menatap langit-langit atap kamarnya. Pikirannya mulai berkelana jauh, dari dirinya masih serumah dengan sang ayah sampai dirinya menjadi seperti ini.

Gadis itu tersenyum dengan menggelengkan kepala, Tuhan selalu memberi kejutan dalam hidupnya.

"Ayah kabarnya gimana?"

"Ayah makannya teratur?"

"Ayah di sana nggak sakit kan?"

"Mamah, Papah, Kak Lorenz, Kak Zavhier udah sampai apa belum?"

Pertanyaan Tera di dalam kamar yang luas miliknya hanya berujung terbawa oleh angin, tak ada seorang pun yang menjawabnya. Gadis itu seketika rindu pada Yuda, Nicho, Rose, Lorenz dan Zavhier.

Untuk saat ini Tera rindu berat pada Yuda, entah perasaan dari mana ia sangat mengkhawatirkan keadaan Yuda.

Jika ia sedang sendirian dan suasana yang sedang dingin Tera akan rindu pada seseorang.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu di luar berhasil membuyarkan pikiran Tera yang sedang menanyakan tentang keadaan mereka.

"Teraa..." panggil seseorang dari luar, terdengar over semangat.

"Iya," jawab Tera seraya turun dari ranjang, membuka pintu lalu wajah Juan yang tersenyum lebar nampak jelas di bola matanya.

"Kenapa kak?" tanya Tera, bukannya jawaban yang ia dapat melainkan pelukan dari Juan yang ia dapat.

Juan menghirup dalam aroma rambut Tera yang menyegarkan juga harum tiada tanding.

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang