Pagi ini sekolah digemparkan oleh kedatangan Tera dan Devan yang berangkat satu mobil menggunakan mobil milik Devan. Disusul Bryn bersama pipit dan terakhir ada mobil berisi beberapa pengawal yang mengawal mereka.
Keluarga Goldesst belum memberitahukan kepada publik bahwa Tera adalah anak terakhir, sekaligus anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga bermarga Goldesst yang beberapa tahun lalu hilang karena diculik.
Nanti akan ada saatnya Tera akan diberitahukan pada publik, saat ini Nicho sedang mengurusi pengawasan untuk gadis itu agar kejadian beberapa tahun lalu tak terulang lagi.
Brak.
Pintu ditutup lalu Devan berlari kecil untuk membuka pintu sebelah yang di dalamnya ada adik perempuannya. Setelah pintu terbuka tangan Devan terulur kepadanya, dengan ragu Tera menerima uluran tangan tersebut.
Kepala Tera menunduk takut saat melihat tatapan siswa-siswi di sini menatapnya.
"Kenapa hey?" tanya Devan halus dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Tera.
Sejak kemarin Devan sudah mengubah sikapnya pada Tera, cowok itu tidak mau menyia-nyiakan adiknya. Dari dulu Devan ingat sekali bahwa dirinya ingin sekali mempunyai seorang adik perempuan, lalu tak lama Tuhan mengabulkan permintaannya. Dan Devan berjanji mulai saat ini dan seterusnya dirinya akan menjaga Tera dengan sekuat tenaga.
"Takut?" tanyanya lagi, kali ini Devan sedikit menunduk menatap wajah Tera.
"Sedikit," cicit Tera, jujur saja Tera sudah terbiasa ditatap banyak orang. Tapi untuk hari ini Tera takut, dia butuh seseorang yang bisa menggenggam tangannya. Dan entah karena apa hawa di sini terasa lebih panas dari biasanya.
Devan menghela napas, sudah ia duga kalau hari ini akan seperti ini.
Cowok itu lantas memeluk Tera dari samping lalu mendekap kepala Tera di dadanya, sontak hal itu membuat Tera melotot terkejut. Lain dengan mereka yang melihatnya sudah menjerit heboh, aplikasi kamera yang berada di handphone sudah dibuka dan siap untuk memotret.
"Kak." pelan Tera karena suaranya teredam di dada Devan.
"Ssst... biar nggak takut lagi, kakak antar sampai ke kelas kamu, sebentar lagi upacara dimulai." ucapnya.
"Nggak usah kak, aku bisa sendiri." tolaknya karena gadis itu tidak mau semakin membuat kehebohan.
"Diam." kalau sudah begini Tera harus apa?
Setelah itu Devan dan Tera berjalan menuju kelas Tera, mereka berjalan dengan kepala Tera yang berada di dada Devan karena cowok itu dekap, bukan tanpa alasan Devan melakukannya. Devan hanya ingin Tera tidak bisa melihat para siswa-siswi yang kini tengah menatapnya sinis. Sebelah tangan Devan juga memegangi badan Tera agar gadis itu tetap berjalan mengikutinya.
Bisikan-bisikan mulai terdengar di telinga mereka berdua, Devan hanya cuek saja, lain dengan Tera yang sudah berkeringat dingin. Biarlah mereka menerka-nerka ada apa di antara Devan dan Tera saat ini.
Bryn yang sedari tadi berdiri di belakang mereka pun memutar bola matanya malas. Seharusnya dirinya yang melakukan itu pada Tera bukan Devan.
Cowok itu tak mengikuti mereka berdua, bukan ia tak mau mengantarkan Tera ke kelas, tapi karena ia ada tugas yang hari ini dikumpulkan dan sialnya Bryn lupa mengerjakannya.
Setelah sampai di depan kelas Tera, Devan melepas dekapannya lalu mengusap kepala gadis itu dengan tersenyum.
"Sekarang kamu masuk kelas, nanti kalau ada apa-apa kasih tahu kakak."
Tera mengangguk, "Iya Kak Devan, makasih udah anterin aku ke kelas." balas Tera.
"Nanti istirahat kakak jemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...