"Papa Mama Jessi pulang." ucap Jessi dengan lirih.
"Dengan keadaan jari yang tak sempurna." lanjutnya tanpa mengeluarkan suara.
Jessi lihat rumahnya sudah sepi dan beberapa ruangan lampunya sudah padam.
"Jes."
Saat Jessi baru menaiki tangga menuju kamar ada suara yang sangat familiar memanggil dirinya. Dengan mata yang masih sembab Jessi berbalik badan.
"Papa jari Jes—" ucapnya dengan menghampiri Kelvin ingin mengadu tentang kejadian tadi.
Plak!!
Perkatannya terpotong dengan tamparan keras yang Kelvin layangkan pada pipi Jessi, badan Jessi hampir limbung saking keras tamparannya. Jessi yang sebelumnya tidak pernah kena tampar dari sang ayah seketika saja sekujur tubuhnya mendadak kaku.
"Papa kenapa Jessi ditampar? Baru kali ini Papa tampar Jessi tapi kenapa? Jessi salah apa sama Papa?" tanya Jessi dengan tangan memegangi pipinya yang kebas, bibirnya bergetar.
"Masih tanya salah kamu apa Jes?!" tanya balik Kelvin dengan napas memburu.
"Kamu apakan anak Pak Nicho sampai masuk rumah sakit Jessi!" perjelas Kelvin dengan mencengkeram bahu Jessi. Jessi meringis saat merasakan kuku sang ayah menancap pada kulit putihnya.
"Jessi nggak ngapa-ngapain Pa," jawab Jessi.
"Jessi jawab yang jujur." tekan Kelvin dengan mata yang berkilat amarah.
Kepala Jessi menunduk takut, "Tusuk perutnya."
Kelvin menggertakan giginya lalu mengangkat dagu sang anak. "Alasannya apa Jessi sampai kamu nekat tusuk anak orang yang paling berpengaruh dalam karir Papa."
"Dia udah ambil posisi Jessi di sekolah sebagai siswi tercantik Papa, Jessi nggak suka."
"Are you crazy Jessi?! Cuma gara-gara itu kamu berani nusuk dia?!" sungguh Kelvin tak habis pikir dengan anak satu-satunya itu.
"Papa bilang aku gila? Iya aku gila Pa karena posisi itu! Berkat posisi itu Jessi lebih hidup asal Papa tahu."
"Papa nggak habis pikir sama kamu Jes! Karena kamu lakuin itu Papa jadi bangkrut Jessi! Tadi Papa baru dapat kabar kalau perusahaan meledak dan banyak memakan korban jiwa! Mamamu itu sedang sakit-sakitan dan perlu biaya yang banyak! Sekarang Papa harus cari banyak uang darimana Jessi buat itu semua?!"
"Papa nggak bangkrutkan? Papa lagi bercanda sama Jessi kan?" ucap Jessi seraya menggelengkan kepala.
Kelvin menghela napas, "Papa sudah benar-benar bangkrut."
"Jessi masih punya uang hasil jadi model, Papa bisa gunain uang itu buat bangkitin perusahaan Papa, pengobatan Mama dan buat masalah ledakan itu."
"Memang uang kamu dari hasil jadi model berapa digit?! Enam digit? Tujuh digit? Atau bahkan lima digit Jes?!"
"Pa—"
"Jessi buat bangkitin perusahaan, pengobatan Mamamu dan untuk masalah ledakan itu perlu dana banyak Jes! Kalau uang kamu hanya tujuh digit Papa nggak akan sudi nerima uang kamu."
"Pa—"
"Cukup Jes Papa nyesel punya anak kaya kamu! Nggak berguna! Bisanya nyusahin orang tua saja! Dari dulu kamu itu hanya sampah dalam keluarga ini! Nggak pernah sekalipun kamu bikin bangga keluarga! Papa malu punya anak kaya kamu!" bentak Kelvin dengan amarah yang kian memuncak.
Jadi selama ini ia menjadi seorang model tidak ada gunanya sama sekali di mata Mama Papa?
"Papa bicara gitu nggak mikirin perasaan Jessi Pa? Jessi udah jadi model terkenal itu belum bikin bangga keluarga Pa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...