Lima orang berbeda generasi itu duduk di sofa. Setelah beberapa menit yang lalu Tera diajak pergi oleh Juna, empat dari lima orang itu rautnya langsung berubah menjadi sensitif sedangkan satu orang lagi rautnya terlihat sumringah.
"Kenapa biarin dia ajak Tera pergi hah?!" kata Lorenz terdengar marah namun hal itu terkesan lucu di pendengaran Nicho.
"Bisa-bisanya papah ngizinin." si anak ketiga berucap dengan dinginnya.
"Anaknya nanti kenapa-napa baru tahu rasa." ketus Ersa.
"Nanti nggak dipulangin baru diem." dan Bryn mengakhiri.
Nicho meneguk air minum di depannya lalu berdehem sebelum ia menjawab ucapan dari keempat anak laki-lakinya.
"Biasalah namanya juga anak muda yang sedang kasmaran dan sebagai orang tua harus mendukung."
Dan ucapan itu sontak membuat empat lelaki itu menatap Nicho dengan raut yang berbeda-beda.
"Papah—"
"Calon menantu papah itu pasti akan jaga Tera dengan baik dan lagi apa yang kalian khawatirkan?" potong Nicho menatap anak-anaknya.
"Akhlaknya."
"Otaknya."
"Gesturnya."
"Matanya."
Empat anak lelaki itu menjawab dengan bergantian.
"What?!" Nicho terkekeh.
"Sudahlah papah pergi dulu mau jemput mamah kalian." ujar Nicho lalu bangkit dan pergi meninggalkan mereka berempat yang kini menatapnya dengan cengo.
"Susul aja yuk si Teranya." Bryn memberi saran.
"Jangan ada yang menyusul Tera! Jangan ada yang menelepon Tera! Dan yang paling penting jangan ganggu waktu mereka berdua!" teriak Nicho seolah menjawab saran dari Bryn.
"Perintah orang tua itu dituruti." kata Ersa lalu beranjak pergi.
Selepas Ersa pergi, Bryn melirik Devan dan Lorenz secara bergantian membuat dua orang itu yang tengah dilirik mengedikkan bahunya acuh kemudian sama-sama berdiri lalu pergi dengan arah berbeda.
Bryn menghela napas lalu ikut beranjak pergi, dirinya berharap sang adik tercintanya itu akan selamat sampai pulang ke rumah setelah diajak pergi berdua oleh Juna atas izin dari Nicho.
Juna dan Tera sendiri yang tengah diperbincangkan saat ini tengah berada di dalam mobil, mereka berdua duduk di bangku penumpang.
Berhubung Juna ingin mengajak Tera pergi hanya berdua saja dan tidak ada yang mengganggu, lelaki itu memilih menggunakan mobil yang berteknologi canggih. Tanpa orang yang menyetir, mobil itu masih bisa berjalan dengan sendirinya. Dan bagaikan manusia, mobil itu mematuhi perintah si pemilik mobil.
Jika ia memilih menggunakan mobil biasa pastinya akan ada yang menyetir. Apabila ia yang menyetir maka ia tidak akan bisa memeluk Tera sepanjang perjalanan, dan bila sopir yang menyetir otomatis rencananya untuk hanya berduaan dengan Tera gagal.
Dan lagi jika ia memilih menggunakan motor, dirinya tidak mau Tera kepanasan, kehujanan kalau hujan, punggungnya terasa sakit, terkena udara kotor dan masih banyak lagi.
Maka dari itu pilihan untuk menggunakan mobil berteknologi canggih itu sangat tepat.
Tera yang sebelumnya pernah menggunakan mobil seperti itu pun terlihat tidak kaget namun masih takjub karena masih tidak menyangka ada mobil yang bisa berjalan sendiri.
Lorenzlah orang pertama yang mengajak dirinya untuk menaiki mobil itu. Awalnya ia kira hantu yang menyetir namun setelah Lorenz menjelaskan seraya tersenyum geli akhirnya ia paham.

KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
JugendliteraturLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...